Monday, November 12, 2007

Janjiku kepada-MU

Aku Berada di Atas Janji-Mu Semampuku
Al-Ikhwan.net | 30 October 2007 | 19 Syawal 1428 H | Hits: 442

Telah berlalu bulan Ramadhan… puasa dan qiyamnya, ruku’ dan sujudnya, tarawih dan tahajudnya, telah berlalu 10 hari rahmat, 10 hari maghfirah dan 10 hari terbebas dari api neraka, telah pergi hari-hari dan malam-malamnya merupakan waktu-waktu yang berharga dan saat-saat yang paling dicintai, di dalamnya terdapat ibadah yang tiada henti, tilawah dengan tartil, shalat-shalat dengan khusyu’, dzikir yang selalu diperbaharui, istighfar di waktu sahur, sujud pada waktu malam dan siang hari, air mata para taibin, rintihan orang yang mohon ampun dan tangisan orang yang berdzikir.
Telah berakhir Ramadhan… dengan hidangan Rabbani; berlimpah kebaikan, telah berlalu bulan dzikir dan Qur’an, bulan kebaikan dan ihsan, bulan keinginan dan kesabaran, bulan manfaat dan ganjaran, bulan taat dan ibadah, bulan qiyam dan tahajud, bulan bertambahnya keimanan, dan berakhir hari-hari yang penuh kebahagiaan, malam-malam yang penuh dengan cahaya, berakhir 30 hari bahkan 30 perayaan untuk hati dan ruh.
Telah berakhir Ramadhan… namun jiwa orang-orang yang jujur tidak lepas dari janji, selalu terulang bersama ungkapan nabi yang tercinta saw “Aku berada di atas janji-Mu semampuku”, ini merupakan lantunan yang kekal yang selalu diulang oleh nabi yang tercinta saw, setiap pagi dan sore dalam hadits sayyidul istighfar, para sahabat pun terbina atas janji ini, mereka hidup dengannya di bulan Ramadhan dan pada bulan lainnya, berusaha merindukan Allah dan memohon disambungkan kepadanya setiap saat dan waktu, begitupun diikuti oleh para tabiin dan shalihin.
“Aku berada di atas janji-Mu semampuku…”
Seruan dan lantunan yang selalu terulang dalam jiwa yang bersinar cahaya keimanan, hati yang hidup dengan Al-Qur’an, ruh yang kokoh dengannya keinginan setelah mengalami kelemahan, memuncak kesemangatan setelah kelengahan, menguat azam setelah kefuturan.
“Aku berada di atas janji-Mu semampuku…” Sungguh telah aku dapatkan hati ini kecintaan terhadap masjid dan terpaut dengannya di bulan Ramadhan, cinta bersama orang-orang yang salih dan tinggal bersama mereka. Maka aku berjanji wahai Rabb… Aku kembali untuk-Mu bersama hamba yang memohon taubat (aku kembali dari asal aku datang, aku kembali ke masjid, kembali untuk shalat, ruku dan sujud, kembali ke jalan Ahmad sang utusan), tidak akan meninggalkan teman orang-orang shalih dan duduk bersama orang-orang beriman, menjaga selalu lingkungan yang baik yang selalu mengajakku untuk taat kepada-Mu.
“Aku berada di atas janji-Mu semampuku…” Sungguh terasa nikmat dalam bulan Ramadhan; manisnya puasa, qiyam, iman dan harapan pahala dari Allah, aku berjanji kepada-Mu wahai Allah, untuk menjadikan segala perbuatanku dan pekerjaanku serta ucapanku penuh dengan iman dan ridla, aku akan menjadikan puasa setelah Ramadhan dengan iman dan ridla, menjadikan menuntut ilmu dengan iman dan ridla, menjadikan amal mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran dengan iman dan ridla, kesabaran dan jihadku dengan iman dan ridla, pekerjaan dan belajar, keluar dan masukku dengan iman dan ridla dari Engkau wahai Tuhanku.
“Aku berada di atas janji-Mu semampuku…” Sungguh telah kumiliki kemampuan untuk berpuasa selama satu bulan penuh, sehingga mencegah dari yang halal di dalamnya apalagi yang haram, maka aku berjanji untuk memiliki kemampuan dan keinginan meninggalkan yang haram dan menjauhi kemungkaran, memelihara tubuh dari terperosok pada syahwat dan haram, selalu menjalin kepada-Mu dengan keinginan yang kuat yang tidak terbetik sedikit pun kelemahan, dan pemenuhan janji yang tidak akan ada pelanggaran dan pengkhianatan.
“Aku berada di atas janji-Mu semampuku…” Sungguh Engkau telah membantuku melakukan qiyam bersama imam walaupun panjang bacaannya dalam shalat tarawih dan tahjjud, menganugrahkan kekuatan melakukan qiyamullail pada waktu-waktu yang panjang, maka aku berjanji tidak meninggalkan shalat berjamaah di belakang imam, dan menjadikan waktu-waktu untuk qiyam sepanjang tahun dan tidak akan berhenti, karena yang demikian merupakan kemuliaan seorang mukmin, di dalamnya ada kelezatan komunikasi dengan-Mu dan keindahan bermunajah kepada-Mu.
“Aku berada di atas janji-Mu semampuku…” Sungguh Engkau telah lapangkan dadaku melalui tilawah Al-Quran, menolongku mengkhatamkan Al-Quran pada bulan Ramadhan sekali, dua kali bahkan tiga kali, maka aku berjanji pada-Mu wahai Allah janganlah Engkau simpangkan perbuatanku dari wiridku bersama Al-Quran, jangan Engkau berikan kepadaku kesibukan dunia dan perhiasannya dari hizbku bersama Al-Quran, dan tidak terjerumus pada orang yang meninggalkan (acuh) pada Al-Quran selamnya (tilawah, tadabbur, hifdz, memahami dan menyimak) dan selalu membawa mushaf di dalam sakuku.
“Aku berada di atas janji-Mu semampuku…” Sungguh Engkau telah mengilhamkan kepadaku dalam bulan Ramadhan, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia (lainnya), Maka Engkau telah membantu kami melayani orang lain, memberi petunjuk dan menunaikan hajat mereka, maka aku berjanji wahai Rabb untuk tidak memutus dari melayani umat dan masyarakat, memberikan waktu, tenaga, kesehatan dan kekuatan, harta dan segala apa yang aku miliki untuk agama-Mu, dakwah dan Risalah-Mu.
“Aku berada di atas janji-Mu semampuku…” Sungguh Engkau telah membinaku atas akhlak yang mulia dalam bulan ramadhan, menganugrahkan kekuatan akhlak dihadapan orang yang mencela dan mencaciku dangan ucapan “aku sedang berpuasa”, maka aku berjanji wahai Rabb untuk selalu menjaga akhlak Islam dalam setiap perbuatan dan muamalah, menikmati akhlak yang baik bersama keluarga, tatangga, kawan-kawan dan sahabatku, di rumah, di jalan, di sekolah, di kuliah, di pusat perbelanjaan, di pabrik, di masjid dan di kantor.
“Aku berada di atas janji-Mu semampuku…” Sungguh Engkau telah menghidupkan hati dan jiwaku dalam bulan Ramadhan, mengembalikanku kepada-Mu dan menjadikan diriku mulia dan suci, maka aku berjanji wahai Rabb untuk tetap menghidupkan dan mensucikan hati, mengagungkan-Mu dalam hatiku di setiap saat dan waktu, selalu melakukan amal shalih yang dapat mendekatkan diriku kepada-Mu, selalu menjaga nikmatnya ketaatan dan tidak mengubahnya menjadi niqmah (bencana) maksiat, dan tidak menjadi seperti dalam ayat wanita yang melepas kembali benang yang telah dipintal. “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat” (An-Nahl : 92) dan firman Allah: ”Dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah Maka Allah akan memberinya pahala yang besar”. (Al-Fath : 10)
Ya Allah berikanlah kepadaku kekuatan agar mampu menepati janjiku kepada-Mu…
Ya Allah tolonglah kami agar mampu berdzikir dan besyukur dan beribadah dengan baik kepada-Mu…
Ya Allah berikanlah kepadaku untuk berjalan di belakang Rasul dan kekasih-Mu…
Dan jadikanlah tempat janji kami dengan surga dan kebun-kebun-Mu.