Tuesday, October 23, 2007

Syawal...........

Syawal Sebuah Awal
Sun, 10/21/2007 - 05:58 — sausan
Mungkin kita sempat menitikkan airmata saat sujud dimalam akhir bulan suci kemaren. Sebagai tanda ungkapan selamat berpisah pada bulan yang penuh barakah. Namun setelah itu apa yang tersisa? Takbir menggema seantero jagat melepas sedih kita. Kita sudah memasuki hari-hari seperti biasa ditengah hiruk pikuk pesta yang kita siapkan. kegembiraan kita luapkan hampir melupakan kenangan ketika kita bertafakur di sudut masjid ataupun mushola.

Padahal syawal adalah sebuah awal dari permainan panggung kita, setelah sebulan penuh kita digembleng sebelum kita terjun pada realita hidup sesungguhnya. pernahkah kita merasa seperti itu?
terkadang yang kita rasakan hanyalah sebuah kemerdekaan. kebebasan kita dari puasa hati, raga dan jiwa. Kita bisa meredam segala emosi, segala nafsu.. yang bila kita renungkan, barangkali hanyalah kita lakukan di bulan ramadhan. Dan bulan-bulan berikutnya adalah bulan-bulan yang kan kembali sama dan biasa. Jadi kapan kita bisa menang? atau dikatakan keluar sebagai jiwa yang menang setelah sebulan penuh menjalankan?

Mari kita perbanyak muhasabah, karena mulai saat inilah.. perjuangan kita sebenarnya. Ramadhan adalah miniatur pelatihan. Jihad sebenarnya diawali detik ini. Dan semoga sampai di miniatur pelatihan berikutnya. Salam.

Tujuan Hidup!

Where are you going?
Tue, 10/23/2007 - 06:30 — sausan
Hidup adalah sejenak. Kita sedang berbaris antri menuju mati. Dan itu tak pernah kita sadari. Dan bila sekarang masih bisa tertawa, itu tak berarti kau sedang merdeka. tawamu mungkin semu, ditengah padatnya arus perjuangan yang siap memanggilmu kapan saja. Jika kau memproklamirkan diri sebagai muslim, sebagai mukmin atau seorang pada tingkatan muhsin.. takkah lantas kau berpikir bahwa otak, jiwa juga jasadmu sedang dinanti?

coab tengok sekitarmu! Tak perlu kau merambah negeri-negeri terjajah lebih dulu. yakinkah kau bahwa dirimu berarti sudah? renunganu akan memakan waktu. mereka banyak menanti. Bisa saja di ujung gang rumahmu, pasar, terminal atau di dekat comberan sampah. masih sajakah kau muak dgn mereka?

Oh ya? sempat lihat TV tidak? Coba apa yang selalu kau tonton? tayangan sinetron? film, top dangdut? mama mia? atau... gosip yang jelas ujung pangkalnya? kalo kau suka itu.. cobalah ambil sisi baik dan hikmahnya. Tapi jka kau tak suka, coba putar chanel TVmu ke tayangan yang bisa membawa banyak perubahan hidupmu.

beberapa hari yang lalu sebuah stasiun TV milik pemerintah menayangkan satu berita menyedihkan. Seorang lelaki tergelatak tak berdaya di sudut terminal. Mirip gelandangan. Padahal bukan. Dia sedang sakit dan ingin pulang kampung. Tapi apa dikata jika harus tergeletak tak berdaya di tengah jalan. Dengan sisa uang yg kosong. dan tak sempat makan selama 4 hari berturut-turut. Sedih melihatnya. Kita ternyata pecundang. Sekian ribu orang lalu lalang kenapa tak sedikitpun iba? kemana nurani yang sudah terlatih sebulan lamanya?

saudaraku, sebelum kita menjadi pecundang sebenarnya. Ayo kita asah hati nurani kita agar lebih peka. Agar taubat kita juga ibadah ramadhan kita benar-benar diterima Allah SWT. Mumpung masih ada waktu dan kesempatan. Dan kita masih bisa antri tiket untuk memilih kemana kita akan masuk. Surga atau neraka? karena itulah tujuan sesungguhnya. so where are you going?

Hidayat Nur Wahid

Tue, 02/08/2005 - 05:45 — bhakti
KALAU ada pejabat tinggi yang mau tidur di lantai beralas tikar, dialah Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid. Ia melakukan setiap kali mengunjungi ibunda, di Dusun Kadipaten Lor, Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. ''Mas Nur tidak mau tidur di hotel,'' kata Septi Swastani Setyaningsih adik bungsu Hidayat Nur Wahid yang memanggil kakaknya, Mas Nur itu.

Nur Wahid memilih tidur di rumah sederhana seluas 15 meter x 10 meter yang ditempati Nyonya Siti Rahayu, 69 tahun, ibunda Nur Wahid. Tidak ada pernik kemewahan di rumah ini. Ruang tamunya hanya diisi satu meja kursi. Di ruang keluarga cuma ada televisi 14 inci.

Di rumah itulah Hidayat Nur Wahid dilahirkan pada 8 April 1960. Ia adalah putra sulung tujuh bersaudara dari pasangan H. Muhamad Syukri dan Siti Rahayu. ''Nama Hidayat Nur Wahid itu pemberian bapaknya,'' kata Nyonya Siti Rahayu, 69 tahun. Hidayat berartinya petunjuk, Nur adalah cahaya, dan Wahid artinya satu.

Secara nama, Hidayat Nur Wahid merupakan obsesi sekaligus doa dari kedua orangtuanya agar anak sulung ini menjadi petunjuk dan cahaya yang nomor satu. ''Alhamdulilah terkabul,'' kata Siti Rahayu yang menilai Nur Wahid bisa menjadi petunjuk dan cahaya bagi keluarga dan adik-adiknya. Lebih dari itu, Nur Wahid kini menjadi pelopor hidup sederhana di kalangan pejabat tinggi negeri ini.

Latar belakang kehidupan keluarga Nur Wahid sangat mempengaruhi perjalanan hidupnya. Di dusun kelahiran Nur Wahid yang terletak sekitar satu kilometer selatan Candi Prambanan, keluarganya tergolong sebagai pemuka agama. Kakek dari ibunya merupakan tokoh Muhamamdiyah di Prambanan. Ayahnya, H. Muhammad Syukri (almarhum), meski hidup di kultur NU, merupakan salah satu pengurus Muhamadiyah di Klaten. Ibunya aktivis Aisyiah, organisasi wanita Muhammadiyah.

Kedua orangtua Nur Wahid berprofesi guru. Hanya saja, sang ibu berhenti sebagai guru TK ketika anak keduanya lahir. Sedangkan ayahnya terus berkarir di jalur pendidikan. Mulai menjadi guru SD, SMP, hingga akhirnya menjadi Kepala Sekolah di STM Prambanan. Ayahanda Nur Wahid, meninggal enam tahun silam.

Sebagai anak guru, Nur Wahid mendapatkan pendidikan yang sangat baik. Kecerdasan Nur Wahid sudah terlihat sejak masih kanak-kanak. Ia sudah bisa membaca sebelum masuk SD. Kegemarannya membaca itu berlanjut sampai sekarang. Di masa anak-anak dan remaja, Nur Wahid mengaku gemar membaca komik Kho Ping Ho. ''Itu bacaan favorit saya,'' katanya Nur Wahid.

Selain keranjingan membaca komik, Hidayat juga suka membaca buku-buku sastra dan sejarah milik ayahnya dan keluarga. Kebetulan, sang bapak adalah sarjana muda lulusan IKIP Negeri Yogyakarta. Sebagian besar anggota keluarga Nur Wahid juga bergerak di bidang pendidikan. ''Keluarga besar saya adalah keluarga guru dan karenanya lingkungan saya adalah lingkungan belajar,'' Nur Wahid menegaskan.

Saat sekolah, Nur Wahid terhitung murid yang pintar. Di bangku SD Negeri I Kebondalem Kidul, Prambanan, dia selalu mendapat predikat juara. Meski belajar di SD Negeri, Nur Wahid menambah ilmu agama dengan mengaji di masjid pada malam hari. Selain itu, ia juga belajar membaca Al Quran secara secara privat kepada seorang kiai di desanya.

''Kiai saya itu sebenarnya pekerjaan sehari-harinya adalah penjahit. Di sore hari, dia mengajar anak-anak,'' kenang Nur Wahid. Selain itu, orangtua Nur Wahid juga sudah melatih dirinya berpuasa sejak masih berumur tujuh tahun. Sebenarnya, Nur Wahid cuma disuruh ''puasa beduk'' atau berbuka saat luhur tiba. ''Tapi, setelah berbuka, saya tetap puasa lagi,'' kata Nur Wahid pula.

Ia menilai, orangtuanya mendidik anak-anak dengan keras dan disiplin. Nur Wahid harus menjalani jam belajar, jam tidur, dan jam salat secara disiplin. Pernah suatu ketika, Nur Wahid mengenang, dirinya diikat di bawah pohon. Itu karena ia terlambat menjalankan salat. Nur Wahid juga pernah dihukum dikunci di dalam kamar, karena tidak pergi mengaji.

Sesekali Nur Wahid kecil memberontak juga. Misalnya, pada waktu Ramadan, orangtua Nur Wahid mewajibkan tidur siang ''Tapi saya malah pergi diam-diam, bermain sama teman-teman,'' ujarnya Nur Wahid. Ia juga pernah mengelabui orangtuanya soal waktu berbuka puasa.

Pada masa itu, di desa tempat tinggal Nur Wahid belum banyak orang yang punya radio. Televisi juga belum ada yang memiliki. Sedangkan jam belum menjadi tradisi keluarga dan warga di desanya. Maka untuk mengetahui kedatangan waktu magrib tiba, orang hanya memakai patokan matahari tenggelam.

Kalau cuaca mendung, orang kesulitan menetapkan waktu buka puasa. Warga desa setempat berpatokan pada kelelawar. Bila ada yang terbang berarti magrib telah tiba. Maka Nur Wahid kecil bersama kawan-kawannya menghalau kelelawar yang bersarang di kuncup daun pisang. Terbanglah kekelawar itu.

Mereka lantas menunjukkan kelelawar terbang pada orangtuanya. Saat itulah mereka minta berbuka puasa. ''Padahal, sebenarnya magrib belum tiba,'' kata Nur Wahid sambil terkekeh-kekeh mengenang masa kecil.

Selain beban belajar agama, Nur Wahid kecil juga diajar mengenal tanggung jawab pada keluarga. Ketika Nur Wahid duduk di kelas III SD, orangtuanya membelikan seekor kambing. Antara waktu asar hingga magrib, Nur Wahid diharuskan menggembalakan kambing.

Dari kegiatan menggembala kambing inilah Hidayat Nur Wahid mengaku belajar banyak hal. Mulai dari belajar bertanggung jawab mencari rumput, ke mana harus menggembalakan kambing, hingga belajar tanggung jawab agar kambing-kambingnya tidak memakan tanaman petani. ''Ketika sedang menggembala kambing, Nur Wahid juga sering mengajari kami mengaji,'' kata Suparman, 45 tahun, kawan sekolah di SD yang juga teman penggembala Nur Wahid kepada waratawan Gatra Mukhlison S Widodo.

Ketika tamat SD tahun 1973, Nur Wahid nyantri di Pondok Modern Darussalam Gontor , Ponorogo, Jawa Timur. Sebelum masuk Gontor, ia sempat mondok di Pondok Pesantren Ngabar, juga Ponorogo. Pesantren ini didirikan salah seorang alumni Gontor. ''Ada yang tidak saya dapatkan di Gontor justru saya peroleh di Ngabar,'' Nur Wahid.

Misalnya, di Ngabar Nur Wahid bisa bergabung menjadi anggota Pelajar Islam Indonesia (PII). Sementara di Gontor hanya ada Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM). ''Dengan menjadi anggota PII, kami punya jaringan nasional,'' kata Nur Wahid. Setelah belajar selama setahun di Pondok Ngabar, Nur Wahid baru masuk ke Gontor dan duduk di kelas II.

Di Gontor, Nur Wahid termasuk santri cerdas. Ia selaku mendapat ranking atas. ''Karena prestasinya itu, Nur Wahid duduk di Kelas B, kelas yang hanya diisi oleh santri-santri berprestasi,'' kata Zainal Arifin, 47 tahun, teman sengkatan Nur Wahid yang kini menjadi ustad di Pondok Modern Gontor. Di sinilah bakat kepemimpinan Nur Wahid semakin terasah.

Dengan aktivitas pondok yang padat dan disiplin, jiwa kepemimpinan Nur Wahid tertempa. Ia mengikuti banyak aktivitas, mulai dari kursus bahasa Inggris dan Arab, juga ikut pengkajian sastra, hingga kursus menjahit. Nur Wahid kemudian diangkat sebagai Staf Andalan Koordinator Urusan Kesekretariatan, ketika duduk di Kelas V Podok Gontor .

Lulus dari Gontor tahun 1978, Nur Wahid HIhHI sempat mencicipi bangku Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Tidak lebih dari satu tahun, ia mendapat beasiswa belajar di Univeristas Islam Madinah, Arab Saudi. Tahun 1990, ia meminang Kastian Indriawati. Saat ini pasangan Hidayat Nur Wahid dan Kastian dikaruniai empat anak.

Setelah meraih gelar master dan doktor bidang akidah, tahun 1993, Nur Wahid kembali ke Tanah Air. Ia menjadi dosen di Universitas Muhamadiyah Jakarta dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayattullah, Jakarta. Nur Wahid juga aktif dalam berbagai kegiatan dakwah. Serta mengelola sejumlah yayasan berbendera Islam, antara lain Yayasan Al-Khoirot dan Yayasan Al-Haramain.

Gerakan reformasi 1998, menuntun aktivitas Nur Wahid ke dunia politik praktis Ia tercatat sebagai anggota Dewan Pendiri Partai Keadilan (PK). Pada waktu PK dideklarasikan, ia sebenarnya nyaris didaulat menjadi presiden partai. Nur Wahid menolak karena merasa belum siap. Kemudian Nur Mahmudi Ismail yang diangkat sebagai Presiden PK. Nur Wahid duduk sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Partai.

PK pada Pemilu 1999 hanya mendapat suara kurang dari 3% sehingga partai ini sulih nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Nur Wahid terpilih sebagai Presiden PKS menggantikan Nur Mahmudi. Kepemimpinan Nur Wahid di PKS memberikan warna tersendiri dalam peta perpolitikan nasional. Citra PKS sebagai partai bersih dan mengedepakan moral, mendapat tempat di masyarakat. Terbukti, Pemilu 2004, PKS mendapat 10% suara.

Pamor Hidayat Nur Wahid pun semakin mencorong. Politisi bergaya lembut yang mengedepakan moral dan dakwah ini terpilih sebagai Ketua MPR. Gerakan hidup sederhana pun digulirkan. Selama berlangsung sidang MPR ia menolak menginap di kamar hotel bintang lima.

Nur Wahid juga menolak menggunakan mobil Volvo sebagai kendaran dinas. Ia memilih mengendarai mobil pribadinya, Toyota Kijang tahun 2002. Langkah ini kemudian diikuti sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu.

Luqman Hakim Arifin

virus-virus!!!!!!!!!!!

Virus-Virus UkhuwwahOleh: mujahid_iman

Seorang sahabat adalah manusia, dia itu dirimu, hanya saja ia adalah orang lain…

sekilas lalu,virus2 ukhuwah ini adalah seperti berikut:

1) tamak akan kenikmatan dunia (20:131)

“seseorang di antara kamu tidak beriman dengan sempurna kecuali setelah mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya.” (hadis Nabi)

2) lalai menjalankan ibadah dan melanggar tuntutan agama

“tidaklah dua orang yang saling berkasih sayang kerana Allah berpisah, kecuali disebabkan oleh dosa yang dilakukan oleh salah seorang di antara keduanya.”(hadis Nabi)tidakkah kau tahu; kadang air itu busuk baunya walau warnanya tetap jernih

hadis Nabi: ..agar mencintai seseorang, ia tidak mencintainya kecuali kerana Allah.

3) tidak santun dalam berbicara-suara tinggi/kata-kata kasar(31:19)
-tidak mendengar sarannya, enggan menatapnya ketika bicara atau mberi salam, tidak menghargai keberadaannya
-bergurau secara berlebihankelembutan adalah anugerah, ucapan paling baik adalah kejujuran
sedang bergurau secara berlebihan merupakan kunci segala permusuhan

-sering mendebat dan membantah

“sesungguhnya orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang sangat keras kepala dan selalu membantah.” (hadis nabi)

-kritikan keras yang melukai perasaan

4) sikap acuh(59:9)

…rindu, kedekatan, dan kehangatan perasaan adalah ibarat bahan bakar yang menyalakan ukhuwah abadi, menambah gelora semangat, dan meringankan segala beban yang ditanggung….aku hairan, mengapa selalu merindukan mereka
menanyakan keadaannya kepada setiap orang yang ku temui
padahal mereka di sini bersamaku
mataku mencari mereka ke sana kemari
padahal mereka ada di dekat pelupuknya
hatiku bergejolak merindukan mereka
padahal mereka ada di antara tulang rusukku

sekalipun wajahku tak dapat menatapmu lagi
namun cinta dan ukhuwah tidak akan pernah sirna
aku tidak akan berhenti memujimu
dari kejauhan, bersama untaian doa
jiwaku akan selalu merindukanmu
bersua bersama penuh ketulusan dan cinta

jiwaku adalah jiwaku,jiwaku adalah jiwanya
hasratnya adalah hasratku, hasratku adalah hasratnya

5) mengadakan perbicaraan rahsia (58:10)

“jika kamu bertiga, maka janganlah dua di antara kamu membuat perbicaraan rahsia tanpa melibatkan yg lain, kerana perbuatan itu dapat membuatnya sedih.”(hadis Nabi)

6) keras kepala, enggan menerima nasihat dan saran

“cukuplah seseorang dinyatakan buruk, jika ia mengejek saudaranya sesama Muslim.”( hadis Nabi)

7) sering membantah, berbeza sikap dan hobi, bersikap sombong dan kasar

“ruh ruh itu bagaikan bala tentera, jika mereka saling kenal, maka akan bersatu. Namun jika tidak saling kenal, maka akan berselisih.” (hadis Nabi)

memberi teguran di depan orang lain

…penyebab cepat pudarnya rasa cinta dan mudah menanam bibit-bibit permusuhan…

9) sering menegur, tidak toleran, cenderung negative thinking, enggan memaafkan

terimalah sahabatmu dengan segala kekurangannya
sebagaimana kebaikan mesti diterima walau kecil wujudnya
terimalah sahabatmu kerana jika ia menyakiti
lain kali ia membahagiakansiapa mencari sahabat tanpa cacat, nescaya sepanjang hidupnya tidak mendapat sahabat

“seorang suami yang Mukmin tidak akan memarahi isterinya yang Mukminah, apabila ia tidak suka terhadap sebagian perangai isterinya, maka ia akan menyukai perangainya yang lain.”(hadis Nabi)

jika tak menegur bererti tiada cinta
cinta tetap bertahan selama ada teguran*

banyak yang tinggal jauh namun ia dekat dihati
banyak orang yang tinggal berdekatan namun hatimu tak mampu menyukai
apalah erti jauh dan dekat melainkan hanya permasalahan nurani

10) mudah percaya terhadap orang yang-orang yang mengadu domba dan memendam dengki

…orang2 yang dipertemukan oleh Allah dalam sebuah jalinan ukhuwah harus yakin bahawa satu sama lainnya saling mencintai dengan penuh ketulusan yang muncul dari nurani yang paling dalam. Hubungan yang telus seperti itu tidak mungkin dapat tersentuh oleh tangan tangan dengki, apalagi sampai dapat dihancurkan…(8:63)

11) membuka rahsia

…jadikanlah semua yang anda ketahui tentang dirinya sebagai amanat yang tidak boleh dibuka kecuali jika ia mengizinkan…

12) mengikuti prasangka(49:12)

orang Mukmin selalu mencari alasan agar boleh memaafkan, sementara orang munafik selalu mencari cari kesalahan.

13) mencampuri masalah peribadi

“diantara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak berguna baginya.” (hadis Nabi)

14) egois, sombong, tidak empati…

“siapa yang mencukupi keperluan saudaranya, nescaya Allah mencukupi keperluannya. Siapa yang menolong seorang Mukmin dari suatu kesusahan, nescaya Allah akan menolongnya dari salah satu kesusahan pada hari kiamat. Siapa yang menutupi aib seorang Muslim, nescaya Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat.” (hadis Nabi)setiap sahabat selalu dekat dikala senang
namun sahabat sejati adalah yang tetap menemani
ketika penderitaan menimpa

15) menutup diri, berlebihan, membebani, dan menghitung hitung kebaikannya kepadamu

carilah sahabat yang akan kau beri ketulusan dan hak hak ukhuwah, bukannya yang kau harapkan menerima sesuatu darinya

16) enggan mengungkapkan perasaan cinta,…

“jika seseorang mencintai saudaranya, maka kabarkanlah bahawa ia mencintainya.”(hadis Nabi)

17) melupakannya kerana sibuk mengurusi orang lain dan kurang setia

orang yang tidak boleh membuktikan cintanya kepada sahabat lama tidak akan mampu membangun cinta dengan sahabat baru

18) suka menonjolkan kelebihan peribadi,…

jika seorang daie mendermakan dakwahnya hanya untuk Allah semata, bukan untuk kepentingan peribadi, masalah2 biasa tidak akan berubah menjadi problema besar atau malapetaka…

19) mengingkari janji dan kesepakatan tanpa alasan yang kuat

“tanda tanda munafik ada tiga; jika berkata ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika dipercaya, ia berkhianat.”(hadis Nabi)

20) selalu menceritakan perkara yang membangkitkan kesedihannya dan suka menyampaikan berita yang membuatnya resah.

21) terlalu cinta

“cintailah kekasihmu sesederhana mungkin, siapa tahu ia menjadi musuhmu pada suatu saat nanti. Dan bencilah musuhmu sesederhana mungkin, siapa tahu ia menjadi sahabat dekatmu pada suatu saat nanti.”(hadis Nabi)

insya Allah, seizinnya..mari reflek diri..kerana sesungguhnya, tahap terendah adalah untuk berlapang dada sesama kita..n tingkat tertinggi pula, adalah untuk melebihkan mereka, lebih dari diri kita sendiri…