Monday, November 19, 2007

tentang muslim

TV Inggris Akan Tayangkan Reality Show "Mengenalkan Islam Pada Non-Muslim"
Selasa, 20 Nov 07 09:52 WIB
Kirim teman
Stasiun televisi Inggris Channel Four, mulai bulan depan rencananya akan menayangkan program reality show. Program yang belum diberi nama itu, akan menampilkan bagaimana sejumlah non-Muslim dari beragam karakter dan berbagai latar belakang profesi, akan hidup di tengah kondisi "Islami" selama tiga minggu.
Lokasi acara itu mengambil tempat di kota Harrogate, sebuah kota terpencil North Yorkshire. Di mana jumlah warga Muslimnya sangat di kota ini hanya sekitar 311 orang dari total populasi 60. 000 jiwa.
Produser Eksekutif acara baru ini Narinder Minhas pada surat kabar Guardian mengatakan, dalam acara tersebut ia ingin mengeksplorasi bagaimana orang-orang kulit putih bersentuhan dengan ajaran agama yang selama ini hanya mereka dengar. Seorang imam Muslim akan mengajarkan para peserta acara itu, bagaimana menjadi seorang Muslim yang taat.
Di antara peserta acara reality show itu adalah seorang gay yang berprofesi sebagai penata rambut, seorang atheis yang bekerja sebagai sopir taxi dan seorang model yang gayanya glamor. Dalam acara itu, mereka misalnya akan diberitahu bahwa alkohol, homoseksual dan hubungan sex sebelum menikah, dilarang dalam agama Islam dan mereka harus mematuhinya.
Editor Channel Four bidang acara keagamaan Aaqil Ahmed tentang acara itu mengatakan, "Kita akan melihat apakah Islam bisa memberikan manfaat bagi setiap orang atau hanya akan menjadi pelengkap semata. "
"Kami tidak bermaksud untuk mengolok-ngolok seseorang dan kami tidak bermaksud mempermainkan agama. Tak ada seorang pun yang bisa menuduh kami melecehkan Islam, " ujarnya.
Pihak Channel Four belum menemukan kata yang tepat sebagai judul acara ini. Tapi sudah ada beberapa pilihan judul antara lain "Make Me A Muslim" dan "Shariah Street. "
Meski belum ditayangkan, acara ini sudah memicu kontroversi apakah Channel Four menayangkan kondisi yang sebenarnya dalam acara tersebut. Apalagi acara itu terkait dengan ajaran Islam dan umat Islam.
Salah seorang peserta acara tersebut Haylie Winter, 33, seorang konsultan kesehatan kulit di sebuah salon di Harrogate yakin para peserta dalam acara itu akan berpura-pura, karena mereka sedang difilmkan.
"Ada banyak argumen yang bodoh yang seharusnya tidak perlu terjadi. Saya merasa mereka melakukannya karena mereka ada di depan kamera. Kebanyakan peserta adalah orang-orang yang agresif dan konfrontatif. Mereka sebenarnya tidak terlalu mau mendengarkan apa yang diajarkan imam, " tukas Winter pada Guardian.
Di tengah kontroversi itu, para produser meyakinkan bahwa apa yang akan tampil di televisi adalah kejadian yang sebenarnya, dan bukan pura-pura. "Apa yang akan Anda saksikan akan ditampilkan apa adanya. Tidak ada rekonstruksi, " ujar Ahmed.
Di sisi lain, Winter mengakui bahwa ia mendapatkan pengalaman yang bermanfaat setelah selesai mengikuti acara reality show itu. Ia belajar banyak dari para mentor yang Muslim dan ia merasa lebih dekat dengan mereka dibandingkan dengan rekan-rekan peserta lainnya.
Meski menyatakan belum siap untuk masuk Islam, lewat acara itu ia mengakui bahwa agama memegang peranan penting untuk kehidupan. "Jika setiap orang memiliki pandangan yang lebih relijius dan bermoral dalam kehidupan ini, di mana mereka tidak minum minuman keras, berdoa dan selalu merenung, mungkin hidup akan lebih baik bagi setiap orang, " tandasnya. (ln/iol)

Monday, November 12, 2007

Janjiku kepada-MU

Aku Berada di Atas Janji-Mu Semampuku
Al-Ikhwan.net | 30 October 2007 | 19 Syawal 1428 H | Hits: 442

Telah berlalu bulan Ramadhan… puasa dan qiyamnya, ruku’ dan sujudnya, tarawih dan tahajudnya, telah berlalu 10 hari rahmat, 10 hari maghfirah dan 10 hari terbebas dari api neraka, telah pergi hari-hari dan malam-malamnya merupakan waktu-waktu yang berharga dan saat-saat yang paling dicintai, di dalamnya terdapat ibadah yang tiada henti, tilawah dengan tartil, shalat-shalat dengan khusyu’, dzikir yang selalu diperbaharui, istighfar di waktu sahur, sujud pada waktu malam dan siang hari, air mata para taibin, rintihan orang yang mohon ampun dan tangisan orang yang berdzikir.
Telah berakhir Ramadhan… dengan hidangan Rabbani; berlimpah kebaikan, telah berlalu bulan dzikir dan Qur’an, bulan kebaikan dan ihsan, bulan keinginan dan kesabaran, bulan manfaat dan ganjaran, bulan taat dan ibadah, bulan qiyam dan tahajud, bulan bertambahnya keimanan, dan berakhir hari-hari yang penuh kebahagiaan, malam-malam yang penuh dengan cahaya, berakhir 30 hari bahkan 30 perayaan untuk hati dan ruh.
Telah berakhir Ramadhan… namun jiwa orang-orang yang jujur tidak lepas dari janji, selalu terulang bersama ungkapan nabi yang tercinta saw “Aku berada di atas janji-Mu semampuku”, ini merupakan lantunan yang kekal yang selalu diulang oleh nabi yang tercinta saw, setiap pagi dan sore dalam hadits sayyidul istighfar, para sahabat pun terbina atas janji ini, mereka hidup dengannya di bulan Ramadhan dan pada bulan lainnya, berusaha merindukan Allah dan memohon disambungkan kepadanya setiap saat dan waktu, begitupun diikuti oleh para tabiin dan shalihin.
“Aku berada di atas janji-Mu semampuku…”
Seruan dan lantunan yang selalu terulang dalam jiwa yang bersinar cahaya keimanan, hati yang hidup dengan Al-Qur’an, ruh yang kokoh dengannya keinginan setelah mengalami kelemahan, memuncak kesemangatan setelah kelengahan, menguat azam setelah kefuturan.
“Aku berada di atas janji-Mu semampuku…” Sungguh telah aku dapatkan hati ini kecintaan terhadap masjid dan terpaut dengannya di bulan Ramadhan, cinta bersama orang-orang yang salih dan tinggal bersama mereka. Maka aku berjanji wahai Rabb… Aku kembali untuk-Mu bersama hamba yang memohon taubat (aku kembali dari asal aku datang, aku kembali ke masjid, kembali untuk shalat, ruku dan sujud, kembali ke jalan Ahmad sang utusan), tidak akan meninggalkan teman orang-orang shalih dan duduk bersama orang-orang beriman, menjaga selalu lingkungan yang baik yang selalu mengajakku untuk taat kepada-Mu.
“Aku berada di atas janji-Mu semampuku…” Sungguh terasa nikmat dalam bulan Ramadhan; manisnya puasa, qiyam, iman dan harapan pahala dari Allah, aku berjanji kepada-Mu wahai Allah, untuk menjadikan segala perbuatanku dan pekerjaanku serta ucapanku penuh dengan iman dan ridla, aku akan menjadikan puasa setelah Ramadhan dengan iman dan ridla, menjadikan menuntut ilmu dengan iman dan ridla, menjadikan amal mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran dengan iman dan ridla, kesabaran dan jihadku dengan iman dan ridla, pekerjaan dan belajar, keluar dan masukku dengan iman dan ridla dari Engkau wahai Tuhanku.
“Aku berada di atas janji-Mu semampuku…” Sungguh telah kumiliki kemampuan untuk berpuasa selama satu bulan penuh, sehingga mencegah dari yang halal di dalamnya apalagi yang haram, maka aku berjanji untuk memiliki kemampuan dan keinginan meninggalkan yang haram dan menjauhi kemungkaran, memelihara tubuh dari terperosok pada syahwat dan haram, selalu menjalin kepada-Mu dengan keinginan yang kuat yang tidak terbetik sedikit pun kelemahan, dan pemenuhan janji yang tidak akan ada pelanggaran dan pengkhianatan.
“Aku berada di atas janji-Mu semampuku…” Sungguh Engkau telah membantuku melakukan qiyam bersama imam walaupun panjang bacaannya dalam shalat tarawih dan tahjjud, menganugrahkan kekuatan melakukan qiyamullail pada waktu-waktu yang panjang, maka aku berjanji tidak meninggalkan shalat berjamaah di belakang imam, dan menjadikan waktu-waktu untuk qiyam sepanjang tahun dan tidak akan berhenti, karena yang demikian merupakan kemuliaan seorang mukmin, di dalamnya ada kelezatan komunikasi dengan-Mu dan keindahan bermunajah kepada-Mu.
“Aku berada di atas janji-Mu semampuku…” Sungguh Engkau telah lapangkan dadaku melalui tilawah Al-Quran, menolongku mengkhatamkan Al-Quran pada bulan Ramadhan sekali, dua kali bahkan tiga kali, maka aku berjanji pada-Mu wahai Allah janganlah Engkau simpangkan perbuatanku dari wiridku bersama Al-Quran, jangan Engkau berikan kepadaku kesibukan dunia dan perhiasannya dari hizbku bersama Al-Quran, dan tidak terjerumus pada orang yang meninggalkan (acuh) pada Al-Quran selamnya (tilawah, tadabbur, hifdz, memahami dan menyimak) dan selalu membawa mushaf di dalam sakuku.
“Aku berada di atas janji-Mu semampuku…” Sungguh Engkau telah mengilhamkan kepadaku dalam bulan Ramadhan, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia (lainnya), Maka Engkau telah membantu kami melayani orang lain, memberi petunjuk dan menunaikan hajat mereka, maka aku berjanji wahai Rabb untuk tidak memutus dari melayani umat dan masyarakat, memberikan waktu, tenaga, kesehatan dan kekuatan, harta dan segala apa yang aku miliki untuk agama-Mu, dakwah dan Risalah-Mu.
“Aku berada di atas janji-Mu semampuku…” Sungguh Engkau telah membinaku atas akhlak yang mulia dalam bulan ramadhan, menganugrahkan kekuatan akhlak dihadapan orang yang mencela dan mencaciku dangan ucapan “aku sedang berpuasa”, maka aku berjanji wahai Rabb untuk selalu menjaga akhlak Islam dalam setiap perbuatan dan muamalah, menikmati akhlak yang baik bersama keluarga, tatangga, kawan-kawan dan sahabatku, di rumah, di jalan, di sekolah, di kuliah, di pusat perbelanjaan, di pabrik, di masjid dan di kantor.
“Aku berada di atas janji-Mu semampuku…” Sungguh Engkau telah menghidupkan hati dan jiwaku dalam bulan Ramadhan, mengembalikanku kepada-Mu dan menjadikan diriku mulia dan suci, maka aku berjanji wahai Rabb untuk tetap menghidupkan dan mensucikan hati, mengagungkan-Mu dalam hatiku di setiap saat dan waktu, selalu melakukan amal shalih yang dapat mendekatkan diriku kepada-Mu, selalu menjaga nikmatnya ketaatan dan tidak mengubahnya menjadi niqmah (bencana) maksiat, dan tidak menjadi seperti dalam ayat wanita yang melepas kembali benang yang telah dipintal. “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat” (An-Nahl : 92) dan firman Allah: ”Dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah Maka Allah akan memberinya pahala yang besar”. (Al-Fath : 10)
Ya Allah berikanlah kepadaku kekuatan agar mampu menepati janjiku kepada-Mu…
Ya Allah tolonglah kami agar mampu berdzikir dan besyukur dan beribadah dengan baik kepada-Mu…
Ya Allah berikanlah kepadaku untuk berjalan di belakang Rasul dan kekasih-Mu…
Dan jadikanlah tempat janji kami dengan surga dan kebun-kebun-Mu.

Monday, November 5, 2007

SEDIKIT TERTAWA..............

Sedikit Tertawa dan Banyak Menangis

Oleh Sigit Indriyono

” Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan. ” (QS At-Taubah[9]:82). “dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis. ” (QS An-Najm[53]: 43)
Allah SWT telah memberi karunia perasaan hati atau emosi kepada kita. Emosi akan bereaksi oleh sesuatu yang dilihat atau dirasakan. Diekspresikan dalam dua bentuk perasaan, yaitu kegembiraan dan kesedihan yang biasanya diikuti dengan kemarahan. Kegembiraan yang berlebihan maupun kesedihan yang mendalam apabila tidak dikendalikan akan menyebabkan luapan emosi. Kita harus bersikap wajar dalam menanggapi sesuatu hal, tidak emosional dan menghadapinya dengan tenang dan lapang dada.
Fenomena yang ada di masyarakat saat ini sungguh sangat memprihatinkan. Orang dengan mudah melampiaskan emosi. Oleh suatu hal kecil yang tidak berkenan, timbul tindakan berlebihan karena kemarahan atau kekecewaan. Sebagai contoh, saat terjadi penggusuran oleh aparat yang berwenang. Aparat melampiaskan emosinya dengan bertindak secara keras di tengah isak tangis korban penggusuran yang melakukan perlawanan secara keras pula. Hal yang sering dijumpai pula adalah pendukung tim sepakbola yang kecewa karena tim yang didukungnya kalah. Pelampiasan kekecewaan dilakukan dengan merusak sarana umum yang merugikan orang banyak.
Masing-masing pihak menuruti hawa nafsu semata, dan mengabaikan hati nurani. Hanya keteguhan iman yang akan membuat seseorang bisa menguasai emosinya dalam setiap kejadian dengan izin Allah SWT.
Dengan iman yang teguh, semua qadha dan qadar akan diterima. Harus disadari, dalam dinamika kehidupan, kita akan selalu mengalami siklus suka dan duka, puas dan kecewa, sehat dan sakit, menang dan kalah, tertawa dan menangis sesuai kehendak-Nya. “ (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kamu “ (QS Al-Hadiid[57]: 23).
Rasulullah SAW bersabda, “Dua mata yang tidak akan terkena api neraka yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang berjaga dijalan Allah.” Menangis yang dimaksud dalam hadis di atas bukan tangis cengeng tanda putus asa. Namun, menangis karena Allah SWT, yang merupakan indikator kelembutan hati dan kepekaan jiwa. Tangisan yang ditimbulkan oleh getaran-getaran keimanan dalam sanubari. Terkadang kita sulit menangisi dosa dan kesalahan atau tidak menangis karena tidak menyadari betapa tidak berdayanya kita di hadapan kebesaran dan keagungan-Nya.
Pada saat suatu keinginan dapat tercapai, acapkali kita terlena, kegembiraan dirasakan. Tertawa terbahak diekspresikan. Tidak disadari bahwa apa yang telah dicapai merupakan karunia Allah SWT. Seyogyanya rasa syukur harus diungkapkan, tidak sekedar mengucapkan: “Alhamdulillah”. Karunia yang diberikan atas keinginan yang tercapai harus dimanfaatkan di jalan-Nya. Allah menjanjikan akan menambah nikmat jika kita bersyukur. ” Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS Ibrahim[14]: 7)
Tertawa berlebihan akan mematikan hati nurani. Tertawa yang baik adalah yang dicontohkan oleh Rasulullah, ” Aku tidak pernah melihat Rasulullah berlebih-lebihan ketika tertawa hingga terlihat langit-langit mulut beliau, sesungguhnya (tawa beliau) hanyalah senyum semata. ” (HR Bukhari).

Jangan tidur ba'da subuh

Oleh Sigit Indriyono

Sholat subuh merupakan ibadah yang bagi sebagian orang terasa berat untuk dilakukan di awal waktu. Mereka terbuai oleh nikmatnya tidur. Rutinitas kehidupan kita berupa siklus kantuk, tidur, bangun, dan beraktivitas merupakan karunia nikmat Allah SWT. Suatu sunatullah yang telah dilekatkan pada penciptaan manusia. ''Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat. '' (QS An-Naba' [78]: 9). Adzan untuk panggilan sholat Subuh agak berbeda. Ada tambahan ucapan ashsholatu khoirumminan naum sebanyak dua kali yang artinya sholat lebih baik daripada tidur. Beberapa masjid mengumandangkan adzan Subuh dua kali. Adzan pertama sebagai tanda fajr-kadzib sedangkan adzan kedua adalah tanda telah sampainya saat fajr-shodiq. Fajr-shodiq merupakan waktu Subuh yang sebenarnya.
Fajr-kadzib masuk dalam periode sepertiga malam terakhir yang sangat istimewa. Dalam hadis Qudsi, Allah SWT berfirman, bahwa pada saat sepertiga malam terakhir bagi siapa yang bermunajat kepada-Nya akan dipenuhi; yang memohon ampun akan diampuni, yang berdoa akan dikabulkan. Setelah mendengar adzan fajr-kadzib, seyogyanya kita segera bangun tidur, untuk melakukan qiyamul lail, sholat tahajud. Allah SWT menjanjikan kedudukan yang terpuji bagi mereka yang mendirikan sholat tahajud (QS Al-Israa' [17]: 79). Rasulullah SAW mengajarkan doa bangun tidur:''Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nya kami akan kembali. '' (HR Bukhari).
Perlu usaha agar kita bisa bangun di akhir malam. Jika sudah terbiasa, akan mudah dan ringan untuk dilaksanakan. Caranya dengan tidur malam di awal waktu dan makan malam secukupnya saja. Di samping itu, menjelang tidur malam kita niatkan akan mendirikan shalat tahajud semata-mata mencari keridhoan-Nya. Tidak lupa berdo’a sebelum tidur yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW: ''Dengan menyebut nama-Mu wahai Allah, aku hidup dan dengan menyebut nama-Mu aku mati. '' (HR Bukhari dan Muslim).
Doa di atas dengan izin Allah SWT akan menjadikan kita selalu dalam penjagaan-Nya dan ingat akan kematian. Kematian bisa datang kapan saja. Mungkin besok, mungkin lusa, atau mungkin pada saat sedang menikmati tidur. Umur kita dan bagaimana kita mati adalah rahasia-Nya. Kita harus selalu siap siaga setiap saat agar saat maut menjemput, dalam keadaan husnul khatimah.
Beberapa sabda Rasulullah SAW didalamnya, memberikan motivasi untuk senantiasa mendirikan sholat Subuh berjama’ah di masjid. Salah satu di antaranya: “ Berikanlah kabar gembira bahwa barangsiapa yang sering berjalan dalam kegelapan menuju masjid akan mendapatkan cahaya yang sangat terang di hari kiamat “ (HR Abu Dawud, Tirmidzi & Ibnu Majah). Yang dimaksud dengan berjalan dalam kegelapan menuju masjid adalah pergi ke masjid untuk sholat Isya’ dan sholat Subuh secara berjama’ah.
Waktu Subuh hingga matahari terbit adalah waktu yang penuh barokah yang seharusnya kita manfaatkan dengan optimal. Rasulullah SAW memberikan contoh dengan tidak pernah tidur lagi usai mendirikan sholat Subuh di masjid. Berdzikir, tilawah dan tadabbur Al-Qur’an adalah amalan yang bisa dilakukan ba’da sholat Subuh hingga terbit matahari. Banyak dzikir ma’tsurat diajarkan oleh beliau yang bisa diamalkan.
Jika sholat Subuh kita lakukan di masjid secara rutin dan setelahnya tidak tidur. Namun, diikuti dengan amalan di atas hingga matahari terbit, akan banyak keberkahan yang didapatkan. Setelah matahari sepenggalah naik, bisa dilanjutkan dengan sholat dhuha. Semuanya merupakan bekal ruhiyah yang akan memberikan spirit dalam melakukan kegiatan sehari-hari untuk meraih ridho Allah SWT. Kegiatan sebagai pelajar atau mahasiswa, kegiatan berbagai profesi atau keahlian, maupun kegiatan para pensiunan atau purnawirawan dalam mengisi waktu luang yang memberikan manfaat.
Bontang, 10 Syawal 1428 H/ 22 Oktober 2007
www.eramuslim.com
tarbawifkipuntan.blogspot.com

Tuesday, October 23, 2007

Syawal...........

Syawal Sebuah Awal
Sun, 10/21/2007 - 05:58 — sausan
Mungkin kita sempat menitikkan airmata saat sujud dimalam akhir bulan suci kemaren. Sebagai tanda ungkapan selamat berpisah pada bulan yang penuh barakah. Namun setelah itu apa yang tersisa? Takbir menggema seantero jagat melepas sedih kita. Kita sudah memasuki hari-hari seperti biasa ditengah hiruk pikuk pesta yang kita siapkan. kegembiraan kita luapkan hampir melupakan kenangan ketika kita bertafakur di sudut masjid ataupun mushola.

Padahal syawal adalah sebuah awal dari permainan panggung kita, setelah sebulan penuh kita digembleng sebelum kita terjun pada realita hidup sesungguhnya. pernahkah kita merasa seperti itu?
terkadang yang kita rasakan hanyalah sebuah kemerdekaan. kebebasan kita dari puasa hati, raga dan jiwa. Kita bisa meredam segala emosi, segala nafsu.. yang bila kita renungkan, barangkali hanyalah kita lakukan di bulan ramadhan. Dan bulan-bulan berikutnya adalah bulan-bulan yang kan kembali sama dan biasa. Jadi kapan kita bisa menang? atau dikatakan keluar sebagai jiwa yang menang setelah sebulan penuh menjalankan?

Mari kita perbanyak muhasabah, karena mulai saat inilah.. perjuangan kita sebenarnya. Ramadhan adalah miniatur pelatihan. Jihad sebenarnya diawali detik ini. Dan semoga sampai di miniatur pelatihan berikutnya. Salam.

Tujuan Hidup!

Where are you going?
Tue, 10/23/2007 - 06:30 — sausan
Hidup adalah sejenak. Kita sedang berbaris antri menuju mati. Dan itu tak pernah kita sadari. Dan bila sekarang masih bisa tertawa, itu tak berarti kau sedang merdeka. tawamu mungkin semu, ditengah padatnya arus perjuangan yang siap memanggilmu kapan saja. Jika kau memproklamirkan diri sebagai muslim, sebagai mukmin atau seorang pada tingkatan muhsin.. takkah lantas kau berpikir bahwa otak, jiwa juga jasadmu sedang dinanti?

coab tengok sekitarmu! Tak perlu kau merambah negeri-negeri terjajah lebih dulu. yakinkah kau bahwa dirimu berarti sudah? renunganu akan memakan waktu. mereka banyak menanti. Bisa saja di ujung gang rumahmu, pasar, terminal atau di dekat comberan sampah. masih sajakah kau muak dgn mereka?

Oh ya? sempat lihat TV tidak? Coba apa yang selalu kau tonton? tayangan sinetron? film, top dangdut? mama mia? atau... gosip yang jelas ujung pangkalnya? kalo kau suka itu.. cobalah ambil sisi baik dan hikmahnya. Tapi jka kau tak suka, coba putar chanel TVmu ke tayangan yang bisa membawa banyak perubahan hidupmu.

beberapa hari yang lalu sebuah stasiun TV milik pemerintah menayangkan satu berita menyedihkan. Seorang lelaki tergelatak tak berdaya di sudut terminal. Mirip gelandangan. Padahal bukan. Dia sedang sakit dan ingin pulang kampung. Tapi apa dikata jika harus tergeletak tak berdaya di tengah jalan. Dengan sisa uang yg kosong. dan tak sempat makan selama 4 hari berturut-turut. Sedih melihatnya. Kita ternyata pecundang. Sekian ribu orang lalu lalang kenapa tak sedikitpun iba? kemana nurani yang sudah terlatih sebulan lamanya?

saudaraku, sebelum kita menjadi pecundang sebenarnya. Ayo kita asah hati nurani kita agar lebih peka. Agar taubat kita juga ibadah ramadhan kita benar-benar diterima Allah SWT. Mumpung masih ada waktu dan kesempatan. Dan kita masih bisa antri tiket untuk memilih kemana kita akan masuk. Surga atau neraka? karena itulah tujuan sesungguhnya. so where are you going?

Hidayat Nur Wahid

Tue, 02/08/2005 - 05:45 — bhakti
KALAU ada pejabat tinggi yang mau tidur di lantai beralas tikar, dialah Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid. Ia melakukan setiap kali mengunjungi ibunda, di Dusun Kadipaten Lor, Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. ''Mas Nur tidak mau tidur di hotel,'' kata Septi Swastani Setyaningsih adik bungsu Hidayat Nur Wahid yang memanggil kakaknya, Mas Nur itu.

Nur Wahid memilih tidur di rumah sederhana seluas 15 meter x 10 meter yang ditempati Nyonya Siti Rahayu, 69 tahun, ibunda Nur Wahid. Tidak ada pernik kemewahan di rumah ini. Ruang tamunya hanya diisi satu meja kursi. Di ruang keluarga cuma ada televisi 14 inci.

Di rumah itulah Hidayat Nur Wahid dilahirkan pada 8 April 1960. Ia adalah putra sulung tujuh bersaudara dari pasangan H. Muhamad Syukri dan Siti Rahayu. ''Nama Hidayat Nur Wahid itu pemberian bapaknya,'' kata Nyonya Siti Rahayu, 69 tahun. Hidayat berartinya petunjuk, Nur adalah cahaya, dan Wahid artinya satu.

Secara nama, Hidayat Nur Wahid merupakan obsesi sekaligus doa dari kedua orangtuanya agar anak sulung ini menjadi petunjuk dan cahaya yang nomor satu. ''Alhamdulilah terkabul,'' kata Siti Rahayu yang menilai Nur Wahid bisa menjadi petunjuk dan cahaya bagi keluarga dan adik-adiknya. Lebih dari itu, Nur Wahid kini menjadi pelopor hidup sederhana di kalangan pejabat tinggi negeri ini.

Latar belakang kehidupan keluarga Nur Wahid sangat mempengaruhi perjalanan hidupnya. Di dusun kelahiran Nur Wahid yang terletak sekitar satu kilometer selatan Candi Prambanan, keluarganya tergolong sebagai pemuka agama. Kakek dari ibunya merupakan tokoh Muhamamdiyah di Prambanan. Ayahnya, H. Muhammad Syukri (almarhum), meski hidup di kultur NU, merupakan salah satu pengurus Muhamadiyah di Klaten. Ibunya aktivis Aisyiah, organisasi wanita Muhammadiyah.

Kedua orangtua Nur Wahid berprofesi guru. Hanya saja, sang ibu berhenti sebagai guru TK ketika anak keduanya lahir. Sedangkan ayahnya terus berkarir di jalur pendidikan. Mulai menjadi guru SD, SMP, hingga akhirnya menjadi Kepala Sekolah di STM Prambanan. Ayahanda Nur Wahid, meninggal enam tahun silam.

Sebagai anak guru, Nur Wahid mendapatkan pendidikan yang sangat baik. Kecerdasan Nur Wahid sudah terlihat sejak masih kanak-kanak. Ia sudah bisa membaca sebelum masuk SD. Kegemarannya membaca itu berlanjut sampai sekarang. Di masa anak-anak dan remaja, Nur Wahid mengaku gemar membaca komik Kho Ping Ho. ''Itu bacaan favorit saya,'' katanya Nur Wahid.

Selain keranjingan membaca komik, Hidayat juga suka membaca buku-buku sastra dan sejarah milik ayahnya dan keluarga. Kebetulan, sang bapak adalah sarjana muda lulusan IKIP Negeri Yogyakarta. Sebagian besar anggota keluarga Nur Wahid juga bergerak di bidang pendidikan. ''Keluarga besar saya adalah keluarga guru dan karenanya lingkungan saya adalah lingkungan belajar,'' Nur Wahid menegaskan.

Saat sekolah, Nur Wahid terhitung murid yang pintar. Di bangku SD Negeri I Kebondalem Kidul, Prambanan, dia selalu mendapat predikat juara. Meski belajar di SD Negeri, Nur Wahid menambah ilmu agama dengan mengaji di masjid pada malam hari. Selain itu, ia juga belajar membaca Al Quran secara secara privat kepada seorang kiai di desanya.

''Kiai saya itu sebenarnya pekerjaan sehari-harinya adalah penjahit. Di sore hari, dia mengajar anak-anak,'' kenang Nur Wahid. Selain itu, orangtua Nur Wahid juga sudah melatih dirinya berpuasa sejak masih berumur tujuh tahun. Sebenarnya, Nur Wahid cuma disuruh ''puasa beduk'' atau berbuka saat luhur tiba. ''Tapi, setelah berbuka, saya tetap puasa lagi,'' kata Nur Wahid pula.

Ia menilai, orangtuanya mendidik anak-anak dengan keras dan disiplin. Nur Wahid harus menjalani jam belajar, jam tidur, dan jam salat secara disiplin. Pernah suatu ketika, Nur Wahid mengenang, dirinya diikat di bawah pohon. Itu karena ia terlambat menjalankan salat. Nur Wahid juga pernah dihukum dikunci di dalam kamar, karena tidak pergi mengaji.

Sesekali Nur Wahid kecil memberontak juga. Misalnya, pada waktu Ramadan, orangtua Nur Wahid mewajibkan tidur siang ''Tapi saya malah pergi diam-diam, bermain sama teman-teman,'' ujarnya Nur Wahid. Ia juga pernah mengelabui orangtuanya soal waktu berbuka puasa.

Pada masa itu, di desa tempat tinggal Nur Wahid belum banyak orang yang punya radio. Televisi juga belum ada yang memiliki. Sedangkan jam belum menjadi tradisi keluarga dan warga di desanya. Maka untuk mengetahui kedatangan waktu magrib tiba, orang hanya memakai patokan matahari tenggelam.

Kalau cuaca mendung, orang kesulitan menetapkan waktu buka puasa. Warga desa setempat berpatokan pada kelelawar. Bila ada yang terbang berarti magrib telah tiba. Maka Nur Wahid kecil bersama kawan-kawannya menghalau kelelawar yang bersarang di kuncup daun pisang. Terbanglah kekelawar itu.

Mereka lantas menunjukkan kelelawar terbang pada orangtuanya. Saat itulah mereka minta berbuka puasa. ''Padahal, sebenarnya magrib belum tiba,'' kata Nur Wahid sambil terkekeh-kekeh mengenang masa kecil.

Selain beban belajar agama, Nur Wahid kecil juga diajar mengenal tanggung jawab pada keluarga. Ketika Nur Wahid duduk di kelas III SD, orangtuanya membelikan seekor kambing. Antara waktu asar hingga magrib, Nur Wahid diharuskan menggembalakan kambing.

Dari kegiatan menggembala kambing inilah Hidayat Nur Wahid mengaku belajar banyak hal. Mulai dari belajar bertanggung jawab mencari rumput, ke mana harus menggembalakan kambing, hingga belajar tanggung jawab agar kambing-kambingnya tidak memakan tanaman petani. ''Ketika sedang menggembala kambing, Nur Wahid juga sering mengajari kami mengaji,'' kata Suparman, 45 tahun, kawan sekolah di SD yang juga teman penggembala Nur Wahid kepada waratawan Gatra Mukhlison S Widodo.

Ketika tamat SD tahun 1973, Nur Wahid nyantri di Pondok Modern Darussalam Gontor , Ponorogo, Jawa Timur. Sebelum masuk Gontor, ia sempat mondok di Pondok Pesantren Ngabar, juga Ponorogo. Pesantren ini didirikan salah seorang alumni Gontor. ''Ada yang tidak saya dapatkan di Gontor justru saya peroleh di Ngabar,'' Nur Wahid.

Misalnya, di Ngabar Nur Wahid bisa bergabung menjadi anggota Pelajar Islam Indonesia (PII). Sementara di Gontor hanya ada Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM). ''Dengan menjadi anggota PII, kami punya jaringan nasional,'' kata Nur Wahid. Setelah belajar selama setahun di Pondok Ngabar, Nur Wahid baru masuk ke Gontor dan duduk di kelas II.

Di Gontor, Nur Wahid termasuk santri cerdas. Ia selaku mendapat ranking atas. ''Karena prestasinya itu, Nur Wahid duduk di Kelas B, kelas yang hanya diisi oleh santri-santri berprestasi,'' kata Zainal Arifin, 47 tahun, teman sengkatan Nur Wahid yang kini menjadi ustad di Pondok Modern Gontor. Di sinilah bakat kepemimpinan Nur Wahid semakin terasah.

Dengan aktivitas pondok yang padat dan disiplin, jiwa kepemimpinan Nur Wahid tertempa. Ia mengikuti banyak aktivitas, mulai dari kursus bahasa Inggris dan Arab, juga ikut pengkajian sastra, hingga kursus menjahit. Nur Wahid kemudian diangkat sebagai Staf Andalan Koordinator Urusan Kesekretariatan, ketika duduk di Kelas V Podok Gontor .

Lulus dari Gontor tahun 1978, Nur Wahid HIhHI sempat mencicipi bangku Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Tidak lebih dari satu tahun, ia mendapat beasiswa belajar di Univeristas Islam Madinah, Arab Saudi. Tahun 1990, ia meminang Kastian Indriawati. Saat ini pasangan Hidayat Nur Wahid dan Kastian dikaruniai empat anak.

Setelah meraih gelar master dan doktor bidang akidah, tahun 1993, Nur Wahid kembali ke Tanah Air. Ia menjadi dosen di Universitas Muhamadiyah Jakarta dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayattullah, Jakarta. Nur Wahid juga aktif dalam berbagai kegiatan dakwah. Serta mengelola sejumlah yayasan berbendera Islam, antara lain Yayasan Al-Khoirot dan Yayasan Al-Haramain.

Gerakan reformasi 1998, menuntun aktivitas Nur Wahid ke dunia politik praktis Ia tercatat sebagai anggota Dewan Pendiri Partai Keadilan (PK). Pada waktu PK dideklarasikan, ia sebenarnya nyaris didaulat menjadi presiden partai. Nur Wahid menolak karena merasa belum siap. Kemudian Nur Mahmudi Ismail yang diangkat sebagai Presiden PK. Nur Wahid duduk sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Partai.

PK pada Pemilu 1999 hanya mendapat suara kurang dari 3% sehingga partai ini sulih nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Nur Wahid terpilih sebagai Presiden PKS menggantikan Nur Mahmudi. Kepemimpinan Nur Wahid di PKS memberikan warna tersendiri dalam peta perpolitikan nasional. Citra PKS sebagai partai bersih dan mengedepakan moral, mendapat tempat di masyarakat. Terbukti, Pemilu 2004, PKS mendapat 10% suara.

Pamor Hidayat Nur Wahid pun semakin mencorong. Politisi bergaya lembut yang mengedepakan moral dan dakwah ini terpilih sebagai Ketua MPR. Gerakan hidup sederhana pun digulirkan. Selama berlangsung sidang MPR ia menolak menginap di kamar hotel bintang lima.

Nur Wahid juga menolak menggunakan mobil Volvo sebagai kendaran dinas. Ia memilih mengendarai mobil pribadinya, Toyota Kijang tahun 2002. Langkah ini kemudian diikuti sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu.

Luqman Hakim Arifin

virus-virus!!!!!!!!!!!

Virus-Virus UkhuwwahOleh: mujahid_iman

Seorang sahabat adalah manusia, dia itu dirimu, hanya saja ia adalah orang lain…

sekilas lalu,virus2 ukhuwah ini adalah seperti berikut:

1) tamak akan kenikmatan dunia (20:131)

“seseorang di antara kamu tidak beriman dengan sempurna kecuali setelah mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya.” (hadis Nabi)

2) lalai menjalankan ibadah dan melanggar tuntutan agama

“tidaklah dua orang yang saling berkasih sayang kerana Allah berpisah, kecuali disebabkan oleh dosa yang dilakukan oleh salah seorang di antara keduanya.”(hadis Nabi)tidakkah kau tahu; kadang air itu busuk baunya walau warnanya tetap jernih

hadis Nabi: ..agar mencintai seseorang, ia tidak mencintainya kecuali kerana Allah.

3) tidak santun dalam berbicara-suara tinggi/kata-kata kasar(31:19)
-tidak mendengar sarannya, enggan menatapnya ketika bicara atau mberi salam, tidak menghargai keberadaannya
-bergurau secara berlebihankelembutan adalah anugerah, ucapan paling baik adalah kejujuran
sedang bergurau secara berlebihan merupakan kunci segala permusuhan

-sering mendebat dan membantah

“sesungguhnya orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang sangat keras kepala dan selalu membantah.” (hadis nabi)

-kritikan keras yang melukai perasaan

4) sikap acuh(59:9)

…rindu, kedekatan, dan kehangatan perasaan adalah ibarat bahan bakar yang menyalakan ukhuwah abadi, menambah gelora semangat, dan meringankan segala beban yang ditanggung….aku hairan, mengapa selalu merindukan mereka
menanyakan keadaannya kepada setiap orang yang ku temui
padahal mereka di sini bersamaku
mataku mencari mereka ke sana kemari
padahal mereka ada di dekat pelupuknya
hatiku bergejolak merindukan mereka
padahal mereka ada di antara tulang rusukku

sekalipun wajahku tak dapat menatapmu lagi
namun cinta dan ukhuwah tidak akan pernah sirna
aku tidak akan berhenti memujimu
dari kejauhan, bersama untaian doa
jiwaku akan selalu merindukanmu
bersua bersama penuh ketulusan dan cinta

jiwaku adalah jiwaku,jiwaku adalah jiwanya
hasratnya adalah hasratku, hasratku adalah hasratnya

5) mengadakan perbicaraan rahsia (58:10)

“jika kamu bertiga, maka janganlah dua di antara kamu membuat perbicaraan rahsia tanpa melibatkan yg lain, kerana perbuatan itu dapat membuatnya sedih.”(hadis Nabi)

6) keras kepala, enggan menerima nasihat dan saran

“cukuplah seseorang dinyatakan buruk, jika ia mengejek saudaranya sesama Muslim.”( hadis Nabi)

7) sering membantah, berbeza sikap dan hobi, bersikap sombong dan kasar

“ruh ruh itu bagaikan bala tentera, jika mereka saling kenal, maka akan bersatu. Namun jika tidak saling kenal, maka akan berselisih.” (hadis Nabi)

memberi teguran di depan orang lain

…penyebab cepat pudarnya rasa cinta dan mudah menanam bibit-bibit permusuhan…

9) sering menegur, tidak toleran, cenderung negative thinking, enggan memaafkan

terimalah sahabatmu dengan segala kekurangannya
sebagaimana kebaikan mesti diterima walau kecil wujudnya
terimalah sahabatmu kerana jika ia menyakiti
lain kali ia membahagiakansiapa mencari sahabat tanpa cacat, nescaya sepanjang hidupnya tidak mendapat sahabat

“seorang suami yang Mukmin tidak akan memarahi isterinya yang Mukminah, apabila ia tidak suka terhadap sebagian perangai isterinya, maka ia akan menyukai perangainya yang lain.”(hadis Nabi)

jika tak menegur bererti tiada cinta
cinta tetap bertahan selama ada teguran*

banyak yang tinggal jauh namun ia dekat dihati
banyak orang yang tinggal berdekatan namun hatimu tak mampu menyukai
apalah erti jauh dan dekat melainkan hanya permasalahan nurani

10) mudah percaya terhadap orang yang-orang yang mengadu domba dan memendam dengki

…orang2 yang dipertemukan oleh Allah dalam sebuah jalinan ukhuwah harus yakin bahawa satu sama lainnya saling mencintai dengan penuh ketulusan yang muncul dari nurani yang paling dalam. Hubungan yang telus seperti itu tidak mungkin dapat tersentuh oleh tangan tangan dengki, apalagi sampai dapat dihancurkan…(8:63)

11) membuka rahsia

…jadikanlah semua yang anda ketahui tentang dirinya sebagai amanat yang tidak boleh dibuka kecuali jika ia mengizinkan…

12) mengikuti prasangka(49:12)

orang Mukmin selalu mencari alasan agar boleh memaafkan, sementara orang munafik selalu mencari cari kesalahan.

13) mencampuri masalah peribadi

“diantara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak berguna baginya.” (hadis Nabi)

14) egois, sombong, tidak empati…

“siapa yang mencukupi keperluan saudaranya, nescaya Allah mencukupi keperluannya. Siapa yang menolong seorang Mukmin dari suatu kesusahan, nescaya Allah akan menolongnya dari salah satu kesusahan pada hari kiamat. Siapa yang menutupi aib seorang Muslim, nescaya Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat.” (hadis Nabi)setiap sahabat selalu dekat dikala senang
namun sahabat sejati adalah yang tetap menemani
ketika penderitaan menimpa

15) menutup diri, berlebihan, membebani, dan menghitung hitung kebaikannya kepadamu

carilah sahabat yang akan kau beri ketulusan dan hak hak ukhuwah, bukannya yang kau harapkan menerima sesuatu darinya

16) enggan mengungkapkan perasaan cinta,…

“jika seseorang mencintai saudaranya, maka kabarkanlah bahawa ia mencintainya.”(hadis Nabi)

17) melupakannya kerana sibuk mengurusi orang lain dan kurang setia

orang yang tidak boleh membuktikan cintanya kepada sahabat lama tidak akan mampu membangun cinta dengan sahabat baru

18) suka menonjolkan kelebihan peribadi,…

jika seorang daie mendermakan dakwahnya hanya untuk Allah semata, bukan untuk kepentingan peribadi, masalah2 biasa tidak akan berubah menjadi problema besar atau malapetaka…

19) mengingkari janji dan kesepakatan tanpa alasan yang kuat

“tanda tanda munafik ada tiga; jika berkata ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika dipercaya, ia berkhianat.”(hadis Nabi)

20) selalu menceritakan perkara yang membangkitkan kesedihannya dan suka menyampaikan berita yang membuatnya resah.

21) terlalu cinta

“cintailah kekasihmu sesederhana mungkin, siapa tahu ia menjadi musuhmu pada suatu saat nanti. Dan bencilah musuhmu sesederhana mungkin, siapa tahu ia menjadi sahabat dekatmu pada suatu saat nanti.”(hadis Nabi)

insya Allah, seizinnya..mari reflek diri..kerana sesungguhnya, tahap terendah adalah untuk berlapang dada sesama kita..n tingkat tertinggi pula, adalah untuk melebihkan mereka, lebih dari diri kita sendiri…

Tuesday, September 25, 2007

cerita tentang syaithon

Sumpah Iblis Untuk Menggoda Bani Adam


Oleh : Al-Ustadz Qomar Suaidi

"Iblis menjawab : "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan menghalangi mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)." (Al-A'raf : 16-17)
Di dalam ayat ini Allah Ta'ala mengisahkan tentang Iblis yang bersumpah untuk menyesatkan Bani Adam dari jalan yang lurus sekuat tenaga dengan berbagai cara dan dari segala arah dengan berbagai taktik dan strategi.
Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Ighotsatul Lahfan menjelaskan : "Jalan yang dilalui oleh insan ada empat, (tidak lebih) ia terkadang arah depan dan arah belakang di jalan manapun ia lalui, ia akan menjumpai syaithan mengintai. Bila menempuh jalan ketaatan, ia menjumpai syaithan siap menghalangi atau memperlambat laju jalannya bila ia menempuh jalur kemaksiatan, ia akan menjumpai syaithan siap mendukungnya".
Syahqiq pernah berkata : "Tiada suatu pagi pun melanikan syaithan telah duduk mengintaiku dari empat penjuru dari depan dan belakangku serta dari arah kanan dan kiriku. Iapun berkata : "Jangan engkau takut karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang maka aku membaca : "Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beramal sholih, kemudian tetap di jalan yang benar." (Thaha: 82)
Adapun dari arah belakangku maka ia menakut-nakuti akan menelantarkan keluarga yang akan aku tinggalkan. Maka aku membaca : "Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya."(Hud : 6)
Dari arah kanan ia mendatangiku dari sisi perempuan, maka aku baca : "�.Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa".
Dari arah kiri ia mendatangiku dari sisi syahwat, maka aku membaca : "Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka inginkan�."(Saba' : 54) (Lihat Mawaridul Aman 173-174)
Inilah ambisi syaithan, untuk menyesatkan semua bani Adam sampai tidak tersisa seorang pun dari mereka yang bersyukur dan taat kepada Allah. Secara realita, ternyata program syaithan ini menjadi kenyataan karena mayoritas bani Adam telah terperangkap dalam jebakan-jebakannya, kecuali hamba-hamba Allah yang ikhlas. Allah 'Azza wa Jalla berfirman tentang Iblis : "Iblis menjawab : "Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka." Allah berfirman: " Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Aku katakan. Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenismu dan orang-orang yang mengikutimu di antara mereka semua." (Shad : 82-85)

Cara Syaithan Menggoda Bani Adam
Dalam rangka menyesatkan bani Adam dari jalan yang lurus, syaithan mempersiapkan cara dan jebakan-jebakan. Ada enam tingkatan jebakan yang dipasang syaithan untuk menjerat bani Adam sebagaimana yang diteraangkan para ulama, yaitu :
Pertama : Syaithan akan berupaya menjerumuskan bani Adam ke lembah kekafiran atau kesyirikan. Namun bila bani Adam selamat dari jebakan ini syaithan akan menggunakan cara berikutnya.
Kedua : Syaithan akan berusaha menjatuhkan bani Adam ke lembah bid'ah sehingga ia mengamalkan bid'ah dan menjadi ahlil bid'ah. Namun bila bani Adam termasuk ahli sunnah dan tidak mampu diperdaya, maka syaithan akan menggunakan cara berikutnya.
Ketiga : Syaithan akan menggoda bani Adam untuk melakukan dosa-dosa besar. Namun bila Allah menjaganya, maka syaithan akan menggoda dengan cara lain.
Keempat : Syaithan akan menggoda bani Adam untuk melakukan dosa-dosa kecil dan menganggapnya remeh. Bila gagal, maka syaithan akan menggoda dengan cara lain.
Kelima : Syaithan akan menyibukkan bani Adam dengan perkara mubah sehingga mereka lalai dari perkara pokok. Namun bila bani Adam selamat dari perangkap ini, maka syaithan akan menggunakan cara yang terakhir.
Keenam : Syaithan akan menyibukkan bani Adam dengan amalan yang rendah nilai pahalanya, misalnya dia menyibukkan bani Adam dengan amal sunnah sehingga melalaikannya dari amal wajib. Demikian seterusnya (Lihat Madakhilus Syaithon 'alas shalihin 9-10)
Bila ada seorang yang selamat dari enam perangkap syaithan tersebut, maka dia termasuk hamba Allah yang ikhlas yang tidak dapat digoda oleh syaithan dengan taufiq dan hidayah dari Allah Ta'ala.

Makar Jahat Syaithon
1. Menabur Benih Permusuhan dan Buruk Sangka di Kalangan Muslimin
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dalam sebuah hadits bersabda : "Sesungguhnya iblis telah berputus asa untuk dapat disembah oleh orang-orang sholih, namun dia berupaya menebarkan benih permusuhan di kalangan mereka." (HR Muslim 2812 dan Tirmidzi 1938)
Su'udhan atau buruk sangka adalah salah satu cara syaithan mencerai-beraikan bani Adam (barisan kaum muslimin). Demikian pula tahrisy (menebar benih permusuhan). Dalam sebuah hadits dari Ummul Mukminin Shafiyah binti Huyai, dia bercerita : "Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam pernah i'tikaf di masjid, lalu aku datang menjenguk beliau pada suatu malam untuk berbincang-bincang dengan beliau. (Setelah selesai) aku pun bangkit untuk kembali dan beliau pun bangkit bersamaku untuk menemani. Ketika itu lewatlah dua orang laki-laki Anshor radliallahu 'anhuma. Tatkala mereka melihat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, mereka pun mempercepat langkahnya. Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam pun berseru : "Perlahanlah! Wanita ini adalah Shafiyah!" Dua orang itupun berkata : "Subhanallah, ya Rasulullah!" Maka Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya syaithan menjalar pada diri Adam pada aliran darah dan sungguh aku khawatir syaithan akan melemparkan kejahatan pada hati kalian berdua (ketika melihat aku) lalu terucaplah sesuatu." (HR Bukhari 4/349-350)
2. Menghiasi Bid'ah Bagi Manusia
Syaithan akan datang pada seseorang dengan menghiasi kebid'ahan dan membisikkan dalam hatinya : "Orang-orang di masa kini telah jauh meninggalkan agamanya dan sulit sekali mengembalikan mereka kepada agama. Alangkah baiknya kalau engkau mengerjakan beberapa amal ibadah dengan beberapa tambahan dari apa yang telah ditetapkan dalam sunnah Rasul dengan harapan agar mereka kembali pada agama mereka, karena menambah amal kebajikan adalah baik." Akhirnya orang bodoh tersebut pun mengikuti bisikan syaithan.
Kita telah mengetahui bahwa ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu harus diambil dari petunjuk Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam semata. Kita tidak memiliki hak untuk menambah dan mengurangi atau mengubah semau kita karena ini adalah perbuatan yang tidak dibenarkan dan termasuk perangkap syaithan.
3. Menakut-nakuti Bani Adam
Dalam hal ini syaithan akan menakuti bani Adam dengan dua cara :
Pertama : Syaithan akan menakuti bani Adam dengan wali-walinya dari kalangan orang-orang kafir, musyrik, fasiq, dan ahli maksiat. Syaithan membisikkan : "Hati-hati kamu dari mereka! Mereka memiliki kekuatan yang dahsyat�.!" Akhirnya dia pun bergabung dengan wali-wali syaithan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : "Sesungguhnya yang demikian itu tidak lain hanyalah syaithan yang menakut-nakuti kamu dengan kawan-kawannya (orang musyrik Quraisy) karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar beriman." (Ali Imron : 175)
Kedua : Syaithan akan menakuti bani Adam dengan kefakiran. Allah Subhanahu wa Ta'ala menceritakan : "Syaithan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu dengan kejahatan (kikir) �" (Al-Baqarah : 268)
Syaithan membisikkan kepada tukang riba : "Kalau engkau tinggalkan profesimu, dari mana kamu akan mendapatkan harta? Kamu akan jatuh miskin!" Akhirnya orang tersebut lebih bersemangat menekuni profesi riba.
Syaithan membisikkan kepada penjual khamr : "Jangan engkau tinggalkan profesimu, tidak ada profesi yang lebih menguntungkan selain profesi yang sedang engkau geluti. Kalau engkau tinggalkan engkau akan jatuh. Belum tentu engkau mendapati profesi pengganti sebaik ini!" Akhirnya dia pun semakin giat memasarkan berbagai produk dan merek khamr.
Semua itu adalah bisikan syaithan yang menyesatkan bani Adam padahal Allah 'Azza wa Jalla telah berfirman : "� Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (Ath-Thalaq : 2-3)
4. Melemparkan Keraguan Dalam Hati
Termasuk cara syaithan menyesatkan bani Adam adalah melemparkan keraguan dan was was dalam hati baik dalam hal aqidah, ibadah, maupun muamalah. (Lihat Madakhilus Saithan 'alas Shalihin 11-27)
Masih banyak lagi cara dan perangkap yang dipasang syaithan untuk menjerat bani Adam. Di samping itu ada beberapa hal yang mudahnya syaithan menjalankan makarnya, di antaranya :
1. Kebodohan bani Adam
2. Hawa nafsu, lemah keikhlasan, dan tipisnya keimanan
3. Lalai dari dzikrullah
4. Tidak memperhatikan jebakan-jebakan syaithan
5. Mengerjakan perbuatan sia-sia
6. Berlebih-lebihan (israf) dari kebutuhan
(Lihat al-Fawaid hal 185-186 dan Madakhilus Syaithan 'alas Shalihin hal 28)

Jalan Keluar dari Makar Syaithan
Di akhir pembahasan ini kami sebutkan beberapa cara untuk menyelamatkan diri dari cengkeraman, godaan dan jebakan-jebakan syaithan yang tertulis dalam kitab Madakhilus Syaithon 'alas Shalihin hal 28-29, yaitu
1. Beriman kepada Allah Ta'ala dan bertawakal kepada-Nya. Allah berfirman : "Sesungguhnya syaithan itu tidak ada kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-Nya." (An-Nahl :99)
2. Menuntut ilmu syar'i dari sumber dan pemahaman yang benar karena dengan ilmu ini kita terbimbing kepada jalan yang lurus dan mampu menepis sekian banyak perangkap syaithan yang dipasang untuk menjerat kita.
3. Mengokohkan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : "Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis (ikhlas) di antara mereka." (Al-Hijr :40)
4. Membentengi dengan dzikrullah dan isti'adzah (memohon perlindungan) kepada Allah. Allah Ta'ala berfirman : "Dan jika kamu ditimpa godaan syaithan maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui." (Al-A'raf : 200)
Mudah-mudahan Allah melindungi kita dari jebakan-jebakan syaithan yang menyesatkan.

Amin ya Mujibas Sailin

Monday, September 10, 2007

ramadhan......ramadhan

Ramadhan Kurang Beberapa Hari, Apa Persiapan Anda?


Minggu, 09 September 2007
Ramadhan tinggal beberapa hari. Sebagaian kaum Muslim mempersiapkan diri. Tapi banyak juga yang tak tahu-menahu. Lantas, apa persiapan kita?
Hidayatullah.com—Eman, 19, yang tahun ini kuliah di perguruan tinggi berharap untuk memasuki fakultas kedokteran. Dan Ramadhan ini, ia akan pulang lebih awak dari sekolah untuk membantu ibu nya mempersiapkan makanan sore, menahan diri untuk tak mencicipi makanan. “ Ini suatu pesta besar, seperti makan malam kalkun pada Thanksgiving,” dia berkata. Bagi Eman, puasa memberi pelajaran kesabaran dan pengendalian-diri nya.
Begitu pula dengan Muhammad (16), yang kini dudul Tempe’s Corona del Sol High School. Baginya, ia terpaksa harus rela memilih berpisah dari teman-temannya yang biasa main sepak bola dan basket di akhir pekan.
“Aku harus memilih salah satu, maka saya lebih memilih Al-Quran. Sebab sepak bola adalah sesuatu hal musiman, tetapi Al-Quran akan menginap di rumah aku untuk selamanya,” ujar Muhammad. Dan gol nya, setelah lulus nanti, ia, akan pergi ke Mesir dan menghabiskan tujuh tahun belajar syariah, atau Hukum Islam, dan mungkin, suatu hari akan menjadi imam di suatu mesjid.
Walaupun Ramadhan masih lima hari lagi, keluarga pasangan Abdelmoneim dan Amal Mabrouk serta Sembilan anaknya nampak sibuk mempersiapkan diri. Bersama keluarga besarnya, mulai latihan berpuasa, untuk menindas kebiasaan makan mereka dan mengarahkan aktivitas keduniawian.
”Ini suatu hal yang baik kamu praktekan,” kata putranya yang berumur 11 tahun, Yassin. “ Di hari pertama, itu benar-benar sulit sebab kamu tidak terbiasa untuk itu, dan kemudian setelah 10 hari, kamu masih berjuang.” Dan nanti, sepanjang 10 hari terakhir, keluarga ini akan lebih sering berada di masjis guna mengambil energi dari bulan Ramadhan, tiang Islam yang ketiga.
Keluarga pasangan Abdelmoneim dan Amal Mabrouk adalah salah satu contoh dari sekian keluarga Muslim yang kini tinggal di Amerika Serikat (AS). Ramadhan dimulai pada hari Kamis depan. Tapi persiapan keluarga ini sudah cukup matang.
Bulan Juni lalu, misalnya, di selatan masjis Tempe, Muhammad telah mendapat sertifikat lulus hafalan Al- Quran, suatu kecakapan membaca dan menghafal ayat Al-Quran.
“Benar, ini akan menjadi kitab yang paling dihafalkan di seluruh dunia,” ujar Muhammad. “ Adalah hal sulit di Amerika, sebab di sini tidak ada masjid di sekitar sini untuk dapan belajar, ” ujarnya dikutip Tribune.com.
“ Selama Ramadhan, ibu ku membuat makanan yang menarik tidak seperti hari-hari biasa,” ujar Yousef sembari tersenyum. Puasa juga menyebabkan orang-orang di sekitar sering menanyakan, “Ketika orang-orang bertemu denganku, aku katakan, ”Aku berpuasa,” ujar kakaknya, Eman. Dan itu memimpin ke arah suatu perbincangan, terutama memberi pengenalan tentang Islam.”
Terutama sepanjang bulan Ramadhan, keluarga ini nampak secara kontinyu bolak-balik ke masjid untuk doa.
Meriah Lampion
Suasa menjelang datangnya bulan Ramadhan nampak meriah di Mesir. Di negeri piramid ini suasanya terasa agak berbeda. Tenda-tenda toko berwarna merah dengan corak bunga yang khas mulai menghiasa tepi jalanan protokol. Rumah-rumah dan dang-gang mulai memasang lampion Ramadhan yang kebanyakan berwarna merah. Masjid-masjid pun dihias dengan lampu warna-warni, sehingga ketika malam hari masjid-masjid tampak gemerlapan. Bagi masyarakat Mesir, hal ini adalah sebuah ungkapan rasa syukur atas datangnya bulan Ramadhan.
Aktivitas tetap berjalan walau bulan Ramadhan, akan tetapi ibadah yang lain juga tidak ditinggalkan. Agar tetap bisa membaca Al Quran, para pegawai dan pelajar membawa Al Quran ukuran saku. Sehingga jangan heran jika banyak menjumpai orang membaca Al Quran, baik itu di halte-halte, dalam trem atau bus. Bahkan tampak beberapa anggota militer yang berseragam hitam-hitam bersenjatakan AK 47 membaca Al Quran di dalam pos penjagaan mereka di tiap persimpangan jalan. Ini adalah pemandangan lazim yang bisa kita temui selain di bulan Ramadhan, walau tidak terlalu banyak. Karena memang rakyat Mesir sudah amat ”akrab” dengan Al Quran. Survei tahun 2002 menunjukkan bahwa 18 persen dari penduduk mesir yang berjumlah 67 juta jiwa adalah hafidz (hafal) Al Quran, maka jika ada 6 orang Mesir, maka salah satunya hafidz.
Untuk berbuka puasa, banyak tempat yang menyediakannya secara gratis, baik itu atas nama pribadi atau organisasi, yang biasanya disebut dengan maidaturrahman. Di sana juga ada kue khusus yang hanya ditemukan ketika Ramadhan, yaitu atayef (seperti kue serabi)
Shalat terawih biasanya membludak hingga tepi jalan, umumnyanya panjang bacaan satu juz dalam satu malam, sehingga ditargetkan khatam 30, setelah Ramadhan berakhir. Tapi ada beberapa masjid yang memiliki bacaan extra panjang, semisal masjid Imam Syafi’i yang mentargetkan satu malam 5 juz, hingga shalat tarawih selesai menjelang sahur.
Akan tetapi jamaahnya tetap ramai, karena rata-rata mereka adalah hufadz Al Quran. Masjid Amru bin Ash juga banyak didatangi, karena imamnya, Syaikh Jibril terkenal memiliki suara yang merdu. Tidak hanya suara, tapi doa qunut witirnya nya yang panjang hingga satu jam juga memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Mesir.
Mirip dengan Indonesia, di Mesir ternyata ada juga tradisi ronda untuk membangunkan orang sahur, yaitu dengan memukul benda-benda sambil mengelilingi kampung dan berseru, ”ramadan kariiim!” (Ramadhan yang mulia) Jika berpapasan maka kita menjawab, ”Allahu Akram” (Allah yang Maha Mulya).
Pada sepuluh malam terakhir, terlihat kaum muslim, khususnya anak-anak muda, dengan ransel mereka, berbondong-bondong menuju masjid, untuk melakukan i’tikaf.
Arab Saudi
Suasana Ramadhan di Arab Saudi tidaklah terlalu berbeda dengan suasana di negara Timur Tengah lainnya. Rata-rata mereka memiliki antusias tinggi dalam menyongsong bulan yeng penuh berkah ini.
Akan tetapi, ada yang istimewa di sana, tepatnya di masjid Al Haram Makkah dan masjid Nabawi, Madina. Di waktu-waktu tertentu jumlah jama’ah di kedua masjid itu melebihi jumlah jama’ah pada saat musim haji. Yaitu pada malam-malam ganjil di bulan Ramadhan, khususnya malam ke 27. Hal itu dikarenakan seluruh muslim di dunia berkumpul di tempat ini untuk memburu Lailatul Qadar, dan penduduk lokal pun tidak mau tertinggal, sehingga pada hari-hari itu shalat jama’ah dipusatkan di Masjid Al Haram.
Shalat terawih sebanyak 23 rakaat dengan sujud dan rukuk yang cukup lama, sehingga seseorang yang sudah dilanda kantuk bisa saja langsung terlelap, apalagi dengan bacaan imam yang merdu. Di akhir raka’at doa qunut panjang yang banyak berisi permohonan pertolongan terhadap umat ini dikumandangkan, sehingga banyak jama’ah yang terseduh-seduh karena begitu khidmatnya.
Karena banyaknya jumlah jama’ah di masjid Al Haram, maka jika seseorang ingin beri’tikaf ia harus memesan tempat, yang hanya berupa gelaran sajadah atau selimut. Karena kemudahan itu, maka sering terjadi tengkar mulut dan adegan saling desak serta klaim “kapling” ketika hendak melakukan shalat. Maka bisa dibayangkan jika waktu istirahat malam tiba, maka jama’ah bak ikan-ikan yang berjajar.
Untuk berbuka, para muhsinin sudah mempersiapkan makanan dan minuman yang diletakkan di atas plasik panjang di lantai masjid dan itu sudah dilakukan setelah shalat Ashar.
Adapun di Masjid Nabawi, suasana relatif lebih tenang, tidak sepadat masjid Al Haram, sehingga mereka yang beri’tikaf bisa membawa tas-tas besar berserta peralatan. Makanan berat pun disediakan secara cuma-cuma dan antusias mereka untuk menjamu orang yang berpuasa amat tinggi, sehingga banyak yang berebut dan menarik-narik tangan para jama’ah agar ikut berbuka bersama mereka.
Hilang Semangat
Berbeda dengan keluarga Amal Mabrouk, dan beberapa warga Muslim lain di seluruh dunia yang bergembira menyambut datangnya Ramadhan, Huda Abdullah (65), nenek asal Iraq ini mulai kehilangan minatnya pada Ramadhan. Sebelum hadirnya pasukan asing meluluh-lantakkan negerinya, ia terbiasa menanti bulan suci ini dengan suka-ria. Bahkan, selalu ada perayaan menyambutnya. Namun, kali ini dia tak begitu berminat.
Dulu, sebelum datangnya pasukan asing di bawah Amerika, dia menyambut Ramadhan, dengan pergi ke pasar. Membeli daging, telor dan barang-barang lain. Ketika perayaan dimulai, ia bersama empat anaknya serta famili lain akan berkumpul menyantap makanan. Ada kacang-kacangan, sup, sate biri-biri dan panggang ayam. Kemudian, keseluruhan keluarga itu akan berjalan-jalan di sepanjang jalan Baghdad selama berjam-jam setelah gelap dan menyambut para teman dan tetangganya. Tapi, melihat kondisi Iraq, mungkin itu hanyalah ilusi.
”Ramadhan kali ini telah membuat hilangnya selera saya," ujar Abdullah. " Di masa lalu, kita bahkan menunggu dan menghitung hari untuk menerima Ramadhan. Sekarang aku tidaklah tertarik sama sekali,” tambahnya. Penyebabnya tak lain kondisi Baghdad yang hancur dan tak ada rasa aman.
Sejak invasi yang dilakukan Amerika tahun 2003, kekerasan telah meningkat selama Ramadhan. Ketidak amanan di Iraq menjadi pembatas gerakan masyarakat umum. Selain ada pasukan asing, penculikan para milisi juga ada di mana-mana.
Bahkan tahun lalu, polisi Iraq justru menghalang-halangi akses beberapa masjid selama bulan Ramadhan karena perkelahian sektarian, ujar Karam Hareth (34), seorang karyawan di Kementrian, sebagaimana dikutip USA Today.
Para pedagang Iraq juga mengaku kekurangan uang. Abdel Hamid Alwan (56), yang biasa berjualan di Malika supermarket, di Baghdad timur, mengaku tak kurang persediaan barang di toko nya. Tapi ya itu tadi, banyak barang tidak laku. "Sedikit sekali orang yang berbelanja," ujarnya. Baghdad, tak ubahnya suatu kota besar yang mati ketika malam datang, ujar Hareth. Meski agak frustasi, setidaknya bagi Abdullah dan Hareth, ia masih berharap bisa menyambut Ramadhan sebagaimana sebelum datanya pasukan asing di negerinya.

[thoriq/cha/berbagai sumber/www.hidayatullah.com]
Litbang
Tarbawifkipuntan.blogspot.com

Ramadhan.....Ramadhan

Ramadhan Kurang Beberapa Hari, Apa Persiapan Anda?


Minggu, 09 September 2007
Ramadhan tinggal beberapa hari. Sebagaian kaum Muslim mempersiapkan diri. Tapi banyak juga yang tak tahu-menahu. Lantas, apa persiapan kita?
Hidayatullah.com—Eman, 19, yang tahun ini kuliah di perguruan tinggi berharap untuk memasuki fakultas kedokteran. Dan Ramadhan ini, ia akan pulang lebih awak dari sekolah untuk membantu ibu nya mempersiapkan makanan sore, menahan diri untuk tak mencicipi makanan. “ Ini suatu pesta besar, seperti makan malam kalkun pada Thanksgiving,” dia berkata. Bagi Eman, puasa memberi pelajaran kesabaran dan pengendalian-diri nya.
Begitu pula dengan Muhammad (16), yang kini dudul Tempe’s Corona del Sol High School. Baginya, ia terpaksa harus rela memilih berpisah dari teman-temannya yang biasa main sepak bola dan basket di akhir pekan.
“Aku harus memilih salah satu, maka saya lebih memilih Al-Quran. Sebab sepak bola adalah sesuatu hal musiman, tetapi Al-Quran akan menginap di rumah aku untuk selamanya,” ujar Muhammad. Dan gol nya, setelah lulus nanti, ia, akan pergi ke Mesir dan menghabiskan tujuh tahun belajar syariah, atau Hukum Islam, dan mungkin, suatu hari akan menjadi imam di suatu mesjid.
Walaupun Ramadhan masih lima hari lagi, keluarga pasangan Abdelmoneim dan Amal Mabrouk serta Sembilan anaknya nampak sibuk mempersiapkan diri. Bersama keluarga besarnya, mulai latihan berpuasa, untuk menindas kebiasaan makan mereka dan mengarahkan aktivitas keduniawian.
”Ini suatu hal yang baik kamu praktekan,” kata putranya yang berumur 11 tahun, Yassin. “ Di hari pertama, itu benar-benar sulit sebab kamu tidak terbiasa untuk itu, dan kemudian setelah 10 hari, kamu masih berjuang.” Dan nanti, sepanjang 10 hari terakhir, keluarga ini akan lebih sering berada di masjis guna mengambil energi dari bulan Ramadhan, tiang Islam yang ketiga.
Keluarga pasangan Abdelmoneim dan Amal Mabrouk adalah salah satu contoh dari sekian keluarga Muslim yang kini tinggal di Amerika Serikat (AS). Ramadhan dimulai pada hari Kamis depan. Tapi persiapan keluarga ini sudah cukup matang.
Bulan Juni lalu, misalnya, di selatan masjis Tempe, Muhammad telah mendapat sertifikat lulus hafalan Al- Quran, suatu kecakapan membaca dan menghafal ayat Al-Quran.
“Benar, ini akan menjadi kitab yang paling dihafalkan di seluruh dunia,” ujar Muhammad. “ Adalah hal sulit di Amerika, sebab di sini tidak ada masjid di sekitar sini untuk dapan belajar, ” ujarnya dikutip Tribune.com.
“ Selama Ramadhan, ibu ku membuat makanan yang menarik tidak seperti hari-hari biasa,” ujar Yousef sembari tersenyum. Puasa juga menyebabkan orang-orang di sekitar sering menanyakan, “Ketika orang-orang bertemu denganku, aku katakan, ”Aku berpuasa,” ujar kakaknya, Eman. Dan itu memimpin ke arah suatu perbincangan, terutama memberi pengenalan tentang Islam.”
Terutama sepanjang bulan Ramadhan, keluarga ini nampak secara kontinyu bolak-balik ke masjid untuk doa.
Meriah Lampion
Suasa menjelang datangnya bulan Ramadhan nampak meriah di Mesir. Di negeri piramid ini suasanya terasa agak berbeda. Tenda-tenda toko berwarna merah dengan corak bunga yang khas mulai menghiasa tepi jalanan protokol. Rumah-rumah dan dang-gang mulai memasang lampion Ramadhan yang kebanyakan berwarna merah. Masjid-masjid pun dihias dengan lampu warna-warni, sehingga ketika malam hari masjid-masjid tampak gemerlapan. Bagi masyarakat Mesir, hal ini adalah sebuah ungkapan rasa syukur atas datangnya bulan Ramadhan.
Aktivitas tetap berjalan walau bulan Ramadhan, akan tetapi ibadah yang lain juga tidak ditinggalkan. Agar tetap bisa membaca Al Quran, para pegawai dan pelajar membawa Al Quran ukuran saku. Sehingga jangan heran jika banyak menjumpai orang membaca Al Quran, baik itu di halte-halte, dalam trem atau bus. Bahkan tampak beberapa anggota militer yang berseragam hitam-hitam bersenjatakan AK 47 membaca Al Quran di dalam pos penjagaan mereka di tiap persimpangan jalan. Ini adalah pemandangan lazim yang bisa kita temui selain di bulan Ramadhan, walau tidak terlalu banyak. Karena memang rakyat Mesir sudah amat ”akrab” dengan Al Quran. Survei tahun 2002 menunjukkan bahwa 18 persen dari penduduk mesir yang berjumlah 67 juta jiwa adalah hafidz (hafal) Al Quran, maka jika ada 6 orang Mesir, maka salah satunya hafidz.
Untuk berbuka puasa, banyak tempat yang menyediakannya secara gratis, baik itu atas nama pribadi atau organisasi, yang biasanya disebut dengan maidaturrahman. Di sana juga ada kue khusus yang hanya ditemukan ketika Ramadhan, yaitu atayef (seperti kue serabi)
Shalat terawih biasanya membludak hingga tepi jalan, umumnyanya panjang bacaan satu juz dalam satu malam, sehingga ditargetkan khatam 30, setelah Ramadhan berakhir. Tapi ada beberapa masjid yang memiliki bacaan extra panjang, semisal masjid Imam Syafi’i yang mentargetkan satu malam 5 juz, hingga shalat tarawih selesai menjelang sahur.
Akan tetapi jamaahnya tetap ramai, karena rata-rata mereka adalah hufadz Al Quran. Masjid Amru bin Ash juga banyak didatangi, karena imamnya, Syaikh Jibril terkenal memiliki suara yang merdu. Tidak hanya suara, tapi doa qunut witirnya nya yang panjang hingga satu jam juga memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Mesir.
Mirip dengan Indonesia, di Mesir ternyata ada juga tradisi ronda untuk membangunkan orang sahur, yaitu dengan memukul benda-benda sambil mengelilingi kampung dan berseru, ”ramadan kariiim!” (Ramadhan yang mulia) Jika berpapasan maka kita menjawab, ”Allahu Akram” (Allah yang Maha Mulya).
Pada sepuluh malam terakhir, terlihat kaum muslim, khususnya anak-anak muda, dengan ransel mereka, berbondong-bondong menuju masjid, untuk melakukan i’tikaf.
Arab Saudi
Suasana Ramadhan di Arab Saudi tidaklah terlalu berbeda dengan suasana di negara Timur Tengah lainnya. Rata-rata mereka memiliki antusias tinggi dalam menyongsong bulan yeng penuh berkah ini.
Akan tetapi, ada yang istimewa di sana, tepatnya di masjid Al Haram Makkah dan masjid Nabawi, Madina. Di waktu-waktu tertentu jumlah jama’ah di kedua masjid itu melebihi jumlah jama’ah pada saat musim haji. Yaitu pada malam-malam ganjil di bulan Ramadhan, khususnya malam ke 27. Hal itu dikarenakan seluruh muslim di dunia berkumpul di tempat ini untuk memburu Lailatul Qadar, dan penduduk lokal pun tidak mau tertinggal, sehingga pada hari-hari itu shalat jama’ah dipusatkan di Masjid Al Haram.
Shalat terawih sebanyak 23 rakaat dengan sujud dan rukuk yang cukup lama, sehingga seseorang yang sudah dilanda kantuk bisa saja langsung terlelap, apalagi dengan bacaan imam yang merdu. Di akhir raka’at doa qunut panjang yang banyak berisi permohonan pertolongan terhadap umat ini dikumandangkan, sehingga banyak jama’ah yang terseduh-seduh karena begitu khidmatnya.
Karena banyaknya jumlah jama’ah di masjid Al Haram, maka jika seseorang ingin beri’tikaf ia harus memesan tempat, yang hanya berupa gelaran sajadah atau selimut. Karena kemudahan itu, maka sering terjadi tengkar mulut dan adegan saling desak serta klaim “kapling” ketika hendak melakukan shalat. Maka bisa dibayangkan jika waktu istirahat malam tiba, maka jama’ah bak ikan-ikan yang berjajar.
Untuk berbuka, para muhsinin sudah mempersiapkan makanan dan minuman yang diletakkan di atas plasik panjang di lantai masjid dan itu sudah dilakukan setelah shalat Ashar.
Adapun di Masjid Nabawi, suasana relatif lebih tenang, tidak sepadat masjid Al Haram, sehingga mereka yang beri’tikaf bisa membawa tas-tas besar berserta peralatan. Makanan berat pun disediakan secara cuma-cuma dan antusias mereka untuk menjamu orang yang berpuasa amat tinggi, sehingga banyak yang berebut dan menarik-narik tangan para jama’ah agar ikut berbuka bersama mereka.
Hilang Semangat
Berbeda dengan keluarga Amal Mabrouk, dan beberapa warga Muslim lain di seluruh dunia yang bergembira menyambut datangnya Ramadhan, Huda Abdullah (65), nenek asal Iraq ini mulai kehilangan minatnya pada Ramadhan. Sebelum hadirnya pasukan asing meluluh-lantakkan negerinya, ia terbiasa menanti bulan suci ini dengan suka-ria. Bahkan, selalu ada perayaan menyambutnya. Namun, kali ini dia tak begitu berminat.
Dulu, sebelum datangnya pasukan asing di bawah Amerika, dia menyambut Ramadhan, dengan pergi ke pasar. Membeli daging, telor dan barang-barang lain. Ketika perayaan dimulai, ia bersama empat anaknya serta famili lain akan berkumpul menyantap makanan. Ada kacang-kacangan, sup, sate biri-biri dan panggang ayam. Kemudian, keseluruhan keluarga itu akan berjalan-jalan di sepanjang jalan Baghdad selama berjam-jam setelah gelap dan menyambut para teman dan tetangganya. Tapi, melihat kondisi Iraq, mungkin itu hanyalah ilusi.
”Ramadhan kali ini telah membuat hilangnya selera saya," ujar Abdullah. " Di masa lalu, kita bahkan menunggu dan menghitung hari untuk menerima Ramadhan. Sekarang aku tidaklah tertarik sama sekali,” tambahnya. Penyebabnya tak lain kondisi Baghdad yang hancur dan tak ada rasa aman.
Sejak invasi yang dilakukan Amerika tahun 2003, kekerasan telah meningkat selama Ramadhan. Ketidak amanan di Iraq menjadi pembatas gerakan masyarakat umum. Selain ada pasukan asing, penculikan para milisi juga ada di mana-mana.
Bahkan tahun lalu, polisi Iraq justru menghalang-halangi akses beberapa masjid selama bulan Ramadhan karena perkelahian sektarian, ujar Karam Hareth (34), seorang karyawan di Kementrian, sebagaimana dikutip USA Today.
Para pedagang Iraq juga mengaku kekurangan uang. Abdel Hamid Alwan (56), yang biasa berjualan di Malika supermarket, di Baghdad timur, mengaku tak kurang persediaan barang di toko nya. Tapi ya itu tadi, banyak barang tidak laku. "Sedikit sekali orang yang berbelanja," ujarnya. Baghdad, tak ubahnya suatu kota besar yang mati ketika malam datang, ujar Hareth. Meski agak frustasi, setidaknya bagi Abdullah dan Hareth, ia masih berharap bisa menyambut Ramadhan sebagaimana sebelum datanya pasukan asing di negerinya. [thoriq/cha/berbagai sumber/www.hidayatullah.com]

cerita Ayah

Assalamualakum Wr. Wb

Terimakasih Ayah, telah menunjukkan kepada saya betapa miskinnya kita. Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampung dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang-orang bisa sangat miskin. Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat miskin. Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya kepada anaknya.
"Bagaimana perjalanan kali ini?"

"Wah, sangat luar biasa Ayah"

"Kau lihatkan betapa manusia bisa sangat miskin" kata ayahnya.

"Oh iya" kata anaknya

"Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?" tanya ayahnya.

Kemudian si anak menjawab.

"Saya saksikan bahwa :

Kita hanya punya satu anjing, mereka punya empat. Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ke tengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang tidak ada batasnya. Kita mengimpor lentera-lentera di taman kita dan mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari. Kita memiliki patio sampai ke halaman depan, dan mereka memiliki cakrawala secara utuh. Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita. Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita, tapi mereka melayani sesamanya. Kita membeli untuk makanan kita, mereka menumbuhkannya sendiri. Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat untuk saling melindungi."

Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berbicara.

Kemudian sang anak menambahkan "Terimakasih Ayah, telah menunjukkan kepada saya betapa miskinnya kita."

Betapa seringnya kita melupakan apa yang kita miliki dan terus memikirkan apa yang tidak kita punya.

Apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang ternyata merupakan dambaan bagi orang lain.

Semua ini berdasarkan kepada cara pandang seseorang.

Membuat kita bertanya apakah yang akan terjadi jika kita semua bersyukur kepada Allah swt sebagai rasa terima kasih kita atas semua yang telah disediakan untuk kita daripada kita terus menerus khawatir untuk meminta lebih.

Wednesday, September 5, 2007

Cinta pada-MU

Aku belajar darimu…
Dari sosokmu yang sederhana, tetapi penuh kharisma
Dari ketegasanmu, dari keberanianmu
Dari sikap wara’mu, dari sikap bijaksanamu
Juga dari kerendahan hatimu

Belum lagi dari ucapanmu yang mengguncang nurani
Ketajaman argumentasimu yang mengalir
Dari lidahmu yang fasih dan jauh dari kepura-puraan
Maka tak ada kata yang sejatinya dapat kuungkap
Melainkan hanya “aku cinta padamu”


Malam ini aku coba meluangkan waktuku sesaat untuk mengenang beliau melalui tulisan ini. Meski dalam hati aku amat menyesal, mengapa baru kali ini aku berencana menulis banyak hal tentang beliau, padahal beliau adalah orang yang sangat berjasa dan memberi andil besar dalam perjalanan hidupku mencari kebenaran. Astagfirullah…Maafkan aku Ya Allah.

Ketika aku bertemu beliau pertama kali, kesan yang kudapat adalah sebuah kesederhanaan. Kesederhanaan dalam kasat mataku ini juga pada tutur katanya yang lembut dan santun. Aku ingat betul, pada saat itu penampilanku sangat berbeda dari yang sekarang. Dengan modal celana panjang ditambah kemeja ala kadarnya, rambut dibalut kerudung seadanya pula. Saat itulah aku bertemu untuk pertama kalinya dengan beliau. Ada seorang kawan yang memperkenalkan aku dengan beliau, dan dari situlah sejarah bermula, awal pertemuanku dengan beliau dimana aku ingin mengukuhkan azam untuk segera berjilbab, alhamdulillah.

Kami pun praktis rutin bertemu di rumah beliau yang jauh dari kesan sederhana, apalagi mewah. Rumah beliau yang mungil itu memang kelihatan kecil dari kejauhan, tetapi sebenarnya di dalamnya sangat lapang. Mungkin karena penghuninya adalah sebuah keluarga kecil yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai islam. Ditambah mereka (beliau dan suami) adalah para pemberi hikmah bagi orang-orang seperti aku, yang hanya ingin berproses untuk menjadi lebih baik lagi.

Semakin sering kami bertemu, tidak terasa kami seolah-olah sudah saling mengenal satu sama lain. Bahkan beliau berujar padaku, bahwa aku sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Subhanallah, inilah bukti eksistensi sebuah kata Ukhuwah yang keluar dari bibir beliau. Lambat laun aku sangat menikmati hubungan silaturahmi ini, entah apa yang membuatku sangat kagum dengan sosok beliau yang satu ini. Sejak awal, beliau tidak pernah meninggikan dirinya di hadapanku, meskipun aku tahu banyak sekali ilmu yang sudah beliau tularkan padaku. Beliau tetap seperti yang aku kenal, rendah hati dan sederhana.

Aku bersyukur kepada Allah, karena dari beliaulah aku bisa memahami apa arti kehidupan yang kujalani. Nasihat-nasihat beliau yang penuh hikmah dan tak jarang pula kritik tegas menghujam hati, tanda beliau peduli tanpa bermaksud menggurui. Beliau adalah orang yang tidak pernah berpura-pura, sekalipun begitu beliau juga seorang yang tidak pernah pelit memberi pujian dan apresiasi jika aku berhasil melakukan sesuatu yang membuat dia bahagia. Kuakui, pribadi beliau sangat mengagumkan !

Hidup adalah sebuah proses, proses untuk menjadi tegar dan ikhlas. Proses untuk menjadi lebih baik, lebih arif, lebih dewasa dan lebih mandiri. Dan semua proses-proses itu ada dalam pribadi beliau. Dari beliau semuanya berimbas baik, bimbingan yang kubutuhkan ketika aku sedang futur, nasehat dan ilmu untuk keluar dari masalah yang membelitku, pencerahan instant yang keluar dari lidah seorang pemberi hikmah, semuanya beliau berikan untukku. Subhanallah, aku sangat beruntung memiliki beliau.

Aku sangat jauh beruntung, beliau masih menyisakan waktu terbaiknya untuk memberikan pencerahan, jalan keluar atau nasehat untukku. Walaupun aku tahu, tingkat kepadatan aktivitasnya tak jarang membuat beliau kewalahan, belum lagi anak-anaknya yang masih kecil. Tapi semua itu tidak menyurutkan langkah beliau, bagi seorang sekaliber beliau, itu bukanlah masalah besar. Prinsip beliau, tidak ingin tertinggal bersama dengan orang-orang yang duduk saja !

Hingga tibalah hari yang biru itu, saat dimana aku harus menerima kenyataan bahwa hari itu adalah saat-saat terakhir aku melihat ulasan senyumnya. Kami harus berpisah, ya kami akan segera berpisah. Beliau mengatakan bahwa beliau akan segera menempati rumah barunya yang jauh dari tempat tinggalnya yang sekarang. Sudah bisa ditebak, itu artinya aku sudah tidak bisa lagi rutin mengunjungi rumah mungil beliau, berdiskusi dengan beliau, meminta nasehat maupun hanya sekedar berkeluh kesah. Ya Allah secepat inikah ? Padahal aku masih sangat membutuhkan bimbingan dari beliau ? Akankah kudapati sosok yang begitu tangguh membawa tugas dakwah di pundaknya namun masih sempat menyuapi anak-anaknya yang kecil ? Pastinya aku akan sangat kehilangan sosok beliau.

Sosok yang sudah begitu aku kenal itu akan pergi meninggalkanku. Beliau memang tidak pernah ingin merepotkanku. Di hari-hari terakhir aku bersama beliau, aku sempat tanyakan ingin dibelikan apa sebagai tanda terima kasihku atas kebaikan jasanya. Entah ini yang keberapa kalinya beliau menolak kalau aku tanyakan kebutuhan keluarganya. Dan jawabannya selalu sama, “tidak usah, tidak usah merepotkan, cukup doakan mbak dan keluarga agar kami diberi kemudahan dalam segala urusan kami’ Subhanallah, anugerah manakah yang lebih indah dari kebaikan sosok beliau ini ?

Ya Allah kau telah rezkikan aku dengan kehadiran beliau, terima kasih ya Allah.
Ya Allah, berilah rahmat dan kasih sayang-Mu….
Kepada beliau yang telah berbagi kebaikan padaku
Kepada beliau yang tidak pernah menuntutku untuk membalas jasa baiknya
Dengan materi-materi duniawi..
Kepada beliau yang hanya menuntut keridhaan dan pahala dari-Mu
Balaslah Ya Allah dengan segala kebaikan yang Engkau miliki
Dengan kadar yang jauh lebih besar dari pengorbanan beliau di dunia maupun di akhirat kelak…


Ya Allah sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul karena kecintaan kami kepada-Mu, bertemu untuk mematuhi (perintah-Mu), bersatu memikul beban dakwah-Mu. Hati-hati ini telah mengikat janji setia untuk komitmen dalam menjalankan syari’at-Mu, maka eratkanlah ikatannya, Ya Allah.

Kekalkanlah kemesraannya antara hati-hati ini. Tunjukilah hati-hati ini akan jalan-Nya (yang sebenarnya). Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya Rabbani-mu yang tidak pernah kunjung pudar. Lapangkanlah hati-hati ini dengan limpahan iman/keyakinan dan keindahan bertawakal kepada-Mu. Hidup suburkanlah hati-hati ini dengan Ma’rifah (pengetahuan sebenarnya) tentang-Mu.

(Jika Engkau menakdirkan mati) maka wafatkanlah pemilik hati-hati ini syahid di jalan-Mu. Engkaulah sebaik-baik sandaran dan sebaik-baik penolong. Amin…

Beliau, orang yang telah berbagi kebaikan itu, telah hadir di dunia ini sebagai orang yang terhormat, baik di mata Allah dan di mata manusia. Maka seharusnya aku pun harus pandai menaruh rasa hormatku serta menjaga kemuliaan beliau. Meskipun barangkali kebaikan yang beliau berikan dulunya kuanggap semu, namun itulah tata krama yang seharusnya kulakukan sebagai bentuk balas jasa beliau yang tak terhingga.

Selamat jalan guruku, murobbiku tercinta
Maafkan segala kesalahan adikmu ini
Terima kasih atas segala ilmu dan kesabaran yang selama ini kunikmati
Aku sedih sekali, tak tahan juga air mata ini kubendung
Maafkan aku, karena tak ada yang berarti yang bisa kuberikan untukmu
Melainkan hanya sebuah ungkapan semoga kau mengerti
“Aku cinta padamu”

sang Rahib

Sebuah bekal hari ini yang sarat tuntutan,
Untuk masa depan yang penuh cahaya?
Wahai para pemuda,
Wahai mereka yang memiliki cita-cita luhur
Untuk membangun kehidupan?
Wahai kalian yang rindu akan kemenangan agama Allah?
Wahai semua yang turun ke medan,
Demi mempersembahkan nyawa di hadapan Tuhannya?
Disinilah petunjuk itu, disinilah bimbingan?
Disinilah hikmah itu, disinilah kebenaran?
Di sini kalian dapati keharuman pengorbanan dan kenikmatan jihad?
Bersegeralah bergabung dengan parade bisu?
Untuk bekerja di bawah panji penghulu para nabi?
Untuk menyatu dalam pasukan
?Sehingga tak ada lagi fitnah di muka bumi dan agama seluruhnya milik Allah?
Allah menjelaskan tentang hubungan antara kewajiban-kewajiban individu ?semacam shalat dan puasa- dengan kewajiban-kewajiban sosial; bahwa kewajiban pertama adalah sarana menuju terlaksananya kewajiban kedua, dan bahwa aqidah yang benar adalah dasar bagi keduanya. Maka seseorang tidak dibenarkan meninggalkan kewajiban-kewajiban individu dengan alasan sibuk melaksanakan kewajiban sosial. Juga sebaliknya, seseorang tidak dibenarkan meninggalkan kewajiban-kewajiban sosial dengan alasan sibuk melaksanakan kewajiban individu, sibuk beribadah dan berhubungan dengan Allah swt. Sungguh sebuah perkataan yang seimbang dan sempurna. ?Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya.? (Al-Mukminun: 115-116)
Sebagai wujud kepahaman terhadap makna yang diisyaratkan oleh ayat di atas, para sahabat Rasulullah saw. -sebagai generasi pilihan Allah- tampil dengan julukan, ? Layaknya Rahib-rahib di malam hari, dan penunggang kuda di siang hari.? Ketika malam tiba, mereka berdiri di mihrab hingga larut dalam kekhusukan shalatnya, menggeleng-gelengkan kepala dan menangis tersedu oleh dzikir panjang, seraya bergumam, ?Wahai dunia, bukan aku orang yang bisa kau tipu.? Namun, begitu fajar menyingsing dan hari beranjak siang, gaung jihad menggema menyeru para mujahidin, niscaya kau liat mereka segera melompat ke atas punggung-punggung kudanya sembari meneriakkan syi?ar-syi?ar kebenaran dengan lantang, sehingga menembus segenap penjuru buana.
Demi Allah, apakah gerangan di balik keserasian yang ajaib, keharmonisan yang sempurna, perpaduan yang spektakuler antara urusan dunia berikut segala pernik-perniknya dengan urusan akhirat dan segenap spiritualitasnya ini? Sebagai jawabannya adalah; itulah Islam, yang senantiasa sanggup memadukan semua yang baik dari segala sesuatu.
Wahai muslimin, untuk itulah -setelah Rasulullah saw. kembali keharibaan Allah- kaum muslimin segera bertebaran di segenap penjuru bumi. Al Qur?an ada dalam dada mereka, rumah-rumah mereka ibarat pelana-pelana kuda, dan pedang-pedang mereka senantiasa terhunus dalam genggaman. Dari lisan mereka mengalir deras hujjah-hujjah yang terang, menyeru manusia kepada salah satu dari tiga pilihan; Islam, jizyah, atau perang. Siapa yang memilih Islam, maka ia akan menjadi saudara kaum muslimin dengan menyandang hak dan kewajiban yang sama. Siapa yang membayar jizyah ?sementara ia tetap dalam kekafirannya- maka ia akan berada di bawah lindungan dan perjanjian dengan kaum muslimin, di mana kaum muslimin akan memenuhi janji dan melaksanakan semua kewajibannya. Tapi bila ia tetap enggan, maka kaum muslimin akan memerangi mereka sampai Allah swt. Berkenan memenangkan hamba-hamba-Nya. ?Dan Allah tiada menginginkan kecuali menyempurnakan cahaya (agama)-Nya.?
Mereka melakukan itu bukan karena ambisi kekuasaan, bukan pula karena semangat ekspansionis. Semua orang tahu kezuhudan mereka terhadap kedudukan dan popularitas. Agama Islam telah mengenyahkan semua kecenderungan menuju ke sana, di mana sekelompok orang menikmati hidup dengan cara mengorbankan sebagian besar manusia yang lain. Dalam Islam, seorang Khalifah tidak berbeda sama sekali dengan rakyat pada umumnya. Ia mendapatkan gaji dari Baitul Mal sama seperti gaji yang diberikan kepada orang lain. Ia sama sekali tidak mendapat lebih banyak dari mereka. Tidak ada yang membedakannya dengan rakyat kecuali wibawa dan kehormatan Iman yang dianugerahkan oleh Allah swt. kepadanya.
Mereka tidak melakukan itu karena harta. Mereka bahkan sudah merasa cukup dengan sekerat roti sekedar untuk menusir lapar, dan seteguk air untuk menghilangkan dahaga. Puasa mereka adalah sebentuk upaya pendekatan kepada Allah. Mereka lebih akrab dengan rasa lapar daripada kekenyangan. Pakaian yang bersih dan sekedar dapat menutup aurat sudah cukup bagi mereka. Kitab suci di tangan mereka setiap saat senantiasa memberi ingat dari keterjerumusan sebagaimana yang dialami oleh orang-orang kafir, ?Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka.? (QS. Muhammad: 12).
Sementara itu Nabi mereka juga mengingatkan hal yang sama, ?Celakalah budak dinar. Celakalah budak dirham. Celakalah budak selimut.?
Jadi, mereka keluar dari rumah-rumah mereka bukan karena ambisi kekuasaan, bukan juga untuk memburu harta dan popularitas, apalagi karena nafsu imperialisme. Mereka keluar semata-mata untuk menunaikan misi suci sebagaimana yang telah diwasiatkan nabi mereka, Muhamamd saw. Sebuah amanat yang mengharuskan mereka berjihad di jalan Allah swt., ?Supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah.? (QS. Al Anfal: 39).
Sumber: Risalah Pergerakan (Jilid 1)
posted by : Karim

Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah

Da’wah merupakan perjalanan panjang yang penuh dengan duri dan rintangan. Kemenangan da’wah akan diperoleh apabila para anggota-anggotanya komitmen dan teguh dalam menapaki jalan da’wah.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa akan ada anggota da’wah yang berjatuhan, baik bentuknya penyelewengan, penyimpangan, pengunduran diri dan sebagainya, sebelum meraih kemenangan. Fenomena ini tidak bisa dihindari, sehingga ada sebagian orang memandang hal ini sebagai suatu fenomena yang wajar / sehat guna memperbaharui sel-sel intinya, dan membebaskan da’wah dari segala hal yang memberatkan dan menghambat pergerakan.
FENOMENA YANG BERJATUHAN DI ZAMAN NABI
Pada zaman Rasulullah saw, sudah terjadi fenomena pembelotan para anggota jama’ah untuk melepaskan tanggung jawab ataupun sekedar bermalas-malasan dalam berda’wah. Beberapa peristiwa berjatuhan di jalan da’wah yang sempat terjadi adalah:
a. Kelompok mutakhollifin (orang-orang yang tidak berangkat) pada perang Uhud, diantaranya: Ka’ab bin Malik, Muroroh Ibnu `Ar-Rabi’ dan Hilal bin Umayyah. Namun mereka bertiga ini kemudian diterima taubatnya oleh Allah swt, dan penerimaan taubat mereka diabadikan di dalam Al Qur’an dalam surat al Bara-ah, dan karena pertaubatan besar inilah surat ini juga dinamakan surat at-Taubah.
b. Pembocoran rahasia negara oleh Hathib bin Abi Balta’ah. Namun mengingat kebaikan masa lalunya, yaitu keikut sertaannya dalam perang Badar yang merupakan yaumul furqan, Rasulullah saw mengampuni dan tidak menghukumnya.
c. Haditsul Ifki (berita kebohongan besar) terhadap Ummul Mukminin `Aisyah ra. Diantara orang-orang yang terlibat dalam penyebaran berita ini, ada tiga sahabat nabi, mereka telah mendapatkan hukuman had, yaitu masing-masing di dera 80 kali, dan setelah itu merekapun bertaubat. Mereka itu adalah: Hassan bin Tsabit, Hamnah binti Jahsy dan Misthah bin Utsatsah.
d. Pengkhianatan Abu Lubabah yang membocorkan rahasia hukum yang akan diterapkan kepada orang-orang Yahudi Bani Quraizhah. Dia telah menyatakan taubat kepada Allah swt dan Rasul-Nya, dan Allah swt-pun telah menerima taubatnya.
e. Peristiwa berdirinya masjid dhirar.
SEBAB-SEBAB BERJATUHAN
a. Sebab-sebab yang berhubungan dengan pergerakan
1. Lemahnya segi pendidikan.
2. Tidak menempatkan personal dalam posisi yang tepat.
3. Distribusi penugasan yang tidak merata pada setiap individu.
4. Tidak adanya monitoring personal secara baik.
5. Tidak menyelesaikan berbagai urusan dengan cepat.
6. Konflik intern. Konflik intern ini disebabkan oleh:
- Lemahnya kepemimpinan.
- Adanya tangan tersembunyi dan kekuatan luar yang sengaja menyebar fitnah.
- Perbedaan watak dan kecenderungan individu.
- Persaingan dalam memperebutkan kedudukan.
- Tidak adanya komitmen dan penonjolan tingkah laku individu.
- Kevakuman aktifitas dan produktifitas.
Dalam sejarah, konflik yang pernah terjadi antar ummat Islam adalah pada peristiwa konflik golongan Aus dan Khazraj. Dalangnya (provokatornya) adalah orang-orang Yahudi, yaitu Syammas bin Qais. Atas prakarsa Rasulullah saw maka golongan Aus dan Khazraj bersatu kembali. Hal tersebut terbukti dengan turunnya QS Ali Imran: 100 – 105.
7. Kepemimpinan yang tidak ahli dan qualified. Sebabnya antara lain:
- Kelemahan dalam kemampuan idiologi.
- Kelemahan dalam kemampuan organisatoris.
Oleh karena itu, seorang pemimpin yang diangkat haruslah memiliki syarat:
- Mengenal da’wah.
- Mengenal diri sendiri.
- Pengayoman yang kontinyu.
- Teladan yang baik.
- Pandangan yang tajam.
- Kemauan yang kuat.
- Kharisma kepribadian yang fitri.
- Optimisme.
b. Sebab-sebab yang berhubungan dengan individu
Yaitu berjatuhannya anggota disebabkan oleh atau bersumber pada pribadi anggota. Yang termasuk dalam hal ini adalah:
1. Watak yang tidak disiplin, sehingga menyebabkan dia tidak bisa menyesuaikan diri dengan organisasi / jama’ah.
2. Takut terancamnya diri dan periuk nasinya (QS 4 : 120, QS 3 : 175).
Tersebut dalam hadits:
“Syurga dipagari dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, dan neraka dikelilingi oleh segala hal yang menyenangkan”. (HR Ahmad, Muslim dan At-Tirmidzi)
3. Sikap ekstrim dan berlebih-lebihan.
Tersebut dalam hadits:
“Hendaklah kamu menjauhi sikap ekstrim dalam agama. Sesungguhnya orang yang sebelum kamu binasa karena ekstrim dalam beragama”. (HR Ahmad dan
An-Nasai).
4. Sikap terlalu memudah-mudahkan dan meremehkan.
Tersebut dalam hadits:
“Sesungguhnya kamu melakukan pekerjaan-pekerjaan dosa menurut pandangan mata kamu lebih halus dari rambut. Di masa Rasulullah saw, kami menggolongkan perbuatan itu termasuk al muubiqoot (hal-hal yang menghancurkan) “. (HR Bukhari).
5. Tertipu kondisi gemar menampilkan diri (QS 28 : 83).
6. Kecemburuan terhadap orang lain / kedengkian. (QS 5 : 27 – 30).
7. Bencana senjata / penggunaan kekuatan.
Syarat-syarat penggunaan kekuatan:
- Habis segala usaha dengan jalan lain.
- Urusannya dipegang oleh pimpinan dan jama’ah Islam dan bukan oleh individu.
- Tidak menjurus pada pengrusakan dan bencana.
- Tidak boleh keluar dari ketentuan syara’.
- Penggunaan kekuatan sesuai skala prioritas.
- Penggunaan senjata harus mempunyai persiapan yang matang dan cermat.
- Hati-hati akan pancingan berbagai reaksi.
- Tidak boleh menjerumuskan ummat Islam bila posisi kekuatan tidak seimbang.
c. Tekanan Luar
1. Tekanan dari suatu cobaan (QS 3 : 175).
2. Tekanan keluarga dan kerabat (QS 9 : 24).
3. Tekanan Lingkungan.
4. Tekanan gerakan agitasi (penyebaran kritik dan keragu-raguan) .
5. Tekanan figuritas (QS 7 : 12).
posted by : karim
(Kitab YANG BERJATUHAN DI JALAN DA’WAH, Fathi Yakan)

Awas Syahwat...........!!!

Belakangan ini saya banyak diskusi dengan istri tentang gejala ” syahwat lawan jenis”. Istri saya termasuk akhwat yang cukup “cerewet” soal gejala-gejala tidak sehat mengenai perilaku hubungan antara ikhwan dan akhwat. “Jangan sampai menjadi perusak masa depan dakwah kita..!”, demikian hujjah balighah yang kerap meluncur dari dirinya kepada saya. Dan ketika saya meresponnya dengan kalem, pressure pun muncul. “Abi kan mas’ul kaderisasi. Abi tanggung jawab kalau nanti terjadi apa-apa pada dakwah ini …!!”
Sesaat saya akan menulis kolom ini, istri saya baru melontarkan serangan barunya, Abi denger nih.. Ummi dapet berita shahih kalau ada mas’ul dakwah kampus pacarin 11 akhwat, dan 4 diantaranya ternyata hamil…!! ” Saya mencoba merespon dengan santai - karena sedang mikir tema apa yang harus ditulis - dengan mengatakan agar berita itu ditabayyun (cros check) dulu. Tetapi justru saya disergah : “Ya tugas abi dong yang harus men-tabayyun ! Abi kan punya akses dan kewenangan !”. Saya mencoba mulai menulis. Tetapi belum lagi ketemu tema tulisan, saya dibombardir oleh pertanyaan lain :”Bi emang bener ustadz Fulan nikah lagi, dan sebelumnya pake pacaran segala?”
Alhasil, tanpa diniatkan sebelumnya akhirnya saya menulis tema ini. Kebetulan sehari sebelumnya saya mendapatkan short massage service (sms) dari seorang akh yang mengomentari tulisan saya berjudul “SMS”. Komentarnya berterima kasih atas tulisan tersebut, karena memang itulah fenomena yang terjadi di lapangan. Pikir saya, biarlah sekalian menulis tema yang lebih “serem” sebagai tadzkirah. Fadzakir inna adz-adzikara tanfa’ul mu’minin!.
Pertama, saya mencoba merenungi kembali dasar masalah “syahwat lawan jenis”. Nabi Adam as diciptakan Allah SWT sebagai manusia pertama dan satu-satunya pada saat itu. Beliau ditempatkan di dalam syurga yang penuh kenikmatan tak terhingga. Tetapi apa yang terjadi ? Nabi Adam merasa “kurang nikmat” menikmati kenikmatan syurga seorang diri. Ia menginginkan seorang wanita. Lalu apa yang terjadi ? Nabi Adam dan istrinya tertipu oleh syaitan sehingga melanggar prinsip-prinsip ’syahwat lawan jenis’ yang diatur oleh Allah SWT. Perhatikan firman Allah : “Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh syetan sebagaimana halnya dia (syeitan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari syurga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya”(QS. Al A’raaf:27).
Nabi Adam dan istrinya merintis kehidupan baru komunitas manusia di muka bumi dengan berbekal ampunan dan hidayah Allah SWT. Tetapi apa yang kemudian dicatat oleh sejarah? Kejahatan pertama di muka bumi adalah perebutan dua orang laki-laki terhadap seorang wanita, dan berakhir dengn aksi pembunuhan. “Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya (Habil) , kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka terjadilah dia termasuk orang yang merugi” (QS. Al- Maidah : 30).
Lalu sejarah umat dan bangsa-bangsa menunjukkan bagaimana kehancuran di banyak peradaban mereka justru karena “syahwat lawan jenis” . Rasulullah SAW pernah berpesan : “Sesungguhnya dunia ini manis dan menyegarkan…Maka takutlah kepada wanita, karena cobaan yang pertama terhadap Bani Israil ialah karena wanita.” (Al Jami’ Ash-Shagir, 2/179).
Jadi dasar dari semua masalah ini adalah dahsyatnya dorongan dan pengaruh yang muncul dari “syahwat lawan jenis”, yang tidak ada seorang manusia pun bisa membebaskan diri darinya. Bahkan seperti yang diungkapkan Rasulullah, ia manis dan menyegarkan. Atau seperti ungkapan Allah, ia dipandang indah dan menyenangkan. “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadaap syahwat berupa wanita”(QS Ali Imran :14)
Allah tentu saja menjadikan “syahwat lawan jenis” sebagai unsur kekuatan manusia dalam membangun kehidupan dan peradabannya. Dengan syahwat inilah, manusia menyuburkan nilai rasa, emosi, kasih dan cinta agar kehidupan dunia “manis dan menyegarkan”. Dengan syahwat ini, manusia memiliki dorongan untuk “hidup bersama” dalam ikatan perkawinan dan keluarga agar leluasa mengekspresikan luapan rasa, emosi, kasih dan cintanya sampai dalam bentuk hubungan seksual. Dengan syahwat inilah, keluarga-keluarga menghasilkan anak-keturunannya untuk menyempurnakan kesenangan, kebahagiaan, dan kebanggaan. Dengan syahwat ini pula, manusia membangun norma, etika, adat, estetika dan syari’at yang mampu memelihara dan mengkokohkan unsur kekuatan yang sangat mendasar sifatnya ini, tanpa menyebabkan kerusakan dari kerusakan dan kehancuran tata kehidupan sosialnya.
Kita adalah umat dakwah. Sekumpulan orang yang mengemban misi untuk mengajak dan membimbing manusia kepada kehidupan yang baik. Agar mereka bisa mengelola syahwat lawan jenisnya secara benar dan baik, sehingga kebaikan dan keberlangsungan peradabannya bisa terjaga. Kita mendakwahi mereka kepada syari’at yang membimbing syahwat lawan jenis secara benar. Tentu saja bukan sekedar dengan kata-kata, tetapi juga dengan teladan amal. Bahwa kader-kader dakwah - yang semoga dipelihara Allah SWT - secara konsisten berkomitmen menjalankan syari’at ini. Dan manusia menyaksikan kebenaran syari’at bukan dari kata-kata kita, tetapi dari apa yang kita amalkan. Apa yang perlu menjadi perhatian dan keprihatinan kita saat ini Saya sebutkan saja satu per satu berbagai gejala yang saya dengar dan saya lihat sendiri.
(1) Adab ikhwan dan akhwat mulai bergeser ke arah yang membuka celah syahwat lawan jenis. Berbicara tatap-muka dengan jarak yang dekat dan sering bertatapan mata, misalnya. Atau komunikasi lewat telpon dengan irama suara yang membuat seorang ikhwan ‘menikmati’ suara akhwat lawan bicaranya.
(2) Keterdesakan atau keterpaksaaan yang menggiring kepada suatu yang “tidak boleh terjadi !”. Misalnya akhwat “terpaksa” dibonceng motor oleh ikhwan gara-gara rapat baru selesai malam hari, dan jalan menuju halte bus atau rumahnya cukup jauh serta “tidak aman”. Atau rapat dalam satu ruangan yang “sempit” sehingga ikhwan dan akhwat duduk berdampingan tanpa jarak yang aman atau tanpa hijab. Dalam forum-forum seperti ini, akhwat tidak membiasakan diri bicara dengan tegas dan lugas. Ingat suara wanita adalah aurat!
(3) Bergesernya mode pakaian akhwat yang ‘mengundang’ pandangan syahwat kaum ikhwan. Mulai dari jilbab yang “kependekan” sehingga tidak menutup dadanya dengan sempurna atau bila tertiup angin bisa menampakan bagian leher dan rambut belakangnya. Lalu bahan pakaian yang “lebih tipis” dan pilihan warna yang “flamboyan”. Atau menggunalkan sepatu berhak “cukup tinggi”, sehingga mengundang perhatian pada langkah dan pinggul belakang akhwat.
(4) Bergesernya nilai seni Islam dari senandung jihad dan iman kepada senandung hiburan semata. Lalu mulai muncul akhwat-akhwat yang menggemari “munsyid” (penyanyi) daripada “nasyid”-nya.
(5) Keterbukaan pergaulan dakwah antara ikhwan dan akhwat menggiring prefensi memilih jodoh kepada apa yang menarik dari “pandangan mata” dan bukan menarik dari “pandangan dakwah”. Akibarnya, semangat mencari jodoh sendiri begitu menggebu, dan murabbi tinggal menunggu konfirmasi.
(6) Konsultasi dakwah masalah pribadi atau rumah tangga yang kemudian berbuah simpati sampai jatuh hati. Tidak sedikit seorang da’i yang berawal dari semangat dakwah terhadap lawan jenis justru berubah arah menjadi ajang “perselingkuhan” baru. Alih-alih membantu menyelesaikan masalah malah menambah masalah. Ada satu dua ustadz yang menikah (lagi) dengan “wanita” yang semula menjadi “pasien” dakwahnya. Rupanya ustadz ikut ketularan penyakit pasiennya.
(7) Semangat menikah (lagi) melalui prosedur resmi, tetapi dimulai dengan hubungan “ala pacaran” Dalihnya sederhana, “wanita calon istri” kan harus dikenalkan dulu dengan istri pertama dan anak-anaknya.
(8) Ketidakmampuan membina kehidupan suami-istri yang selalu ‘menggairahkan’ beralih kepada semangat ‘mencari yang baru’. Sebagai sebab dari ketidakmampuan ini adalah qillatul-ilmi (sedikit ilmu) tetang seni berumah tangga dan seni mengolah cinta.
(9) Sebagian kecil ikhwan mulai memasuki usia 40, dan katanya ini fase “recycling” dengan dalih “life started at fourty” hidup dimulai dari usia 40 tahun. Aktualisasinya adalah muncul ‘kegenitan’ jilid kedua.
(10) Masih ada lagi, tetapi saya cukupkan saja dulu. Mari merenung!!
Sumber : Majalah SAKSI No 11 Tahun VII
Oleh : Ustd. Mahfuz Sidik

Menjadi Muslim yang kuat

Menjadi muslim yang kuat, tidak hanya identik dengan badan berotot layaknya Ade Rai. Sebagaimana kita semua ketahui, Rasulullah SAW mengemukakan agar umat muslim menguasai ilmu berkuda, berenang, dan memanah. Hemat kata, ketiga hal tersebut mengacu pada aktifitas jasmani atau jasadiyah.
Menjadi seorang aktifis, menuntut tidak hanya beban dan tanggungjawab dakwah dan sosial yang besar. Satu tanggungjawab yang kerap terlupakan adalah hak tubuh kita sendiri untuk menjadi sehat dan kuat. Sehat dan kuat dalam artian sanggup untuk menunjang aktifitas dakwah, sosial, kerja, dan sebagainya. Tubuh kita pun memiliki hak untuk mendapat perhatian kita.
Stamina dan berat badan cenderung menjadi satu beban tersendiri bagi para aktifis pada umumnya. Stamina yang loyo dan hanya mampu bertahan dalam waktu singkat, kerap menjadi kendala dalam keseharian aktifis. Segudang aktifitas, mulai dari bangun malam untuk qiyamulail, sholat subuh, berangkat sekolah/kuliah/kerja/usaha, menghadiri syuro, rapat kepanitiaan, liqo, ke sana dan ke sini, tentu membutuhkan stamina yang mendukung. Berat badan yang kurang atau berlebihan, sangat berpengaruh kepada kesehatan dan stamina itu sendiri.
Dalam artikel pertama ini, Insya Allah akan Penulis sampaikan beberapa panduan dasar untuk mencapai kesehatan, stamina, dan berat badan yang mampu menyokong aktifitas dakwah, serta aktifitas lain dalam keseharian kita.
Hal pertama yang harus ada dalam diri kita adalah niat dan kesadaran akan pentingnya kesehatan bagi diri kita. Kesehatan fikriyah mungkin telah kita raih, dengan hidayah yang mungkin tidak kita sangka. Demikian halnya dengan kesehatan jasadiyah, yang tidak mustahil kita raih, dengan ikhtiar, dan nikmat dari Allah SWT.
Pola hidup sehat! Satu hal yang kedengarannya mudah dan dianggap telah dilakukan oleh para aktifis pada umumnya. Kenyataan yang ada, tidaklah demikian. Betapa banyak mereka yang mengaku aktifis, namun sulit untuk berjamaah subuh di Masjid, bahkan bangun kesiangan, dengan alasan lelah dan mengantuk. Lelah dan mengantuk adalah sifat bagi jasadiyah kita. Fikriyah kita memang mampu untuk melawan itu semua, namun akan menjadi sangat sulit apabila jasad ini menolak untuk melakukannya.
Pola hidup sehat, terdiri dari pola makan yang baik, olahraga teratur, dan istirahat cukup. Pada tulisan ini, hanya akan menjelaskan secara singkat mengenai ketiga hal tersebut. Penjelasan yang lebih rinci Insya Allah akan dijelaskan pada tulisan berikutnya.
Menjaga Pola Makan (Diet)
Makan merupakan cara alamiah agar jasad ini mendapatkan energi yang dibutuhkan untuk beraktifitas. Singkat kata, apa yang kita makan, akan sangat berpengaruh kepada jasad, bahkan fikriyah kita. Salah kaprah tentang pengertian “Diet”, yang sering mengidentikkan dengan mengurangi makan, adalah hal yang salah. Diet adalah pengaturan pola makan, yang selalu dibutuhkan dalam keseharian kita.
“Makan sebelum lapar, dan berhenti sebelum kenyang.” Rasululah tentunya adalah seorang ahli dalam hal pola makan. Hal tersebut sejalan dengan para ahli kesehatan kini, dimana pengaturan pola makan yang baik adalah yang mencukupi kebutuhan kalori dalam sehari. Berikut beberapa pola makan yang kerap disarankan oleh para ahli gizi dan nutrisi :
- Segera konsumsi makanan setelah bangun tidur malam. Setidaknya kurang dari 30 menit. Mengapa? Karena saat tidur, tubuh juga tetap menyerap nutrisi. Setelah tidur 4-6 jam, tubuh membutuhkan nutrisi lebih saat bangun dari tidur. Bila tidak, akan terjadi apa yang dinamakan katabolik, dimana tubuh memakan tubuh sendiri, khususnya protein otot. Hal ini sangat tidak baik karena cenderung akan menyisakan lemak tubuh. Bagi orang gemuk, tentu akan menambah komposisi lemak tubuh, dan bagi orang yang kurus, akan semakin menurunkan stamina karena otot berkurang.
- Makan setiap 4 jam, walaupun belum lapar. Ubahlah pola makan ala Indonesia (3x sehari) menjadi rutinitas yang lebih sering 4-6 kali sehari, jika mampu. Setelah 4 jam, lambung cenderung kosong, dan tubuh selalu membutuhkan nutrisi. Makanlah dalam porsi kecil. Hal ini akan menjamin tubuh memperoleh nutrisi untuk stamina, dan juga mencegah rasa lapar dan ngemil. Mereka yang kurus akan memperoleh manfaat penambahan berat badan, dan mereka yang gemuk juga memperoleh manfaat dengan pengurangan berat badan. Tentu hal-hal tersebut harus dipadu dengan olahraga yang baik.
- Perhatikan asupan nutrisi dan jenis makanan. Secara garis besar, ada tiga nutrisi pokok yang dibutuhkan yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Aturlah pola makan dengan komposisi kurang lebih karbohidrat 50%, protein 30%, dan lemak 20%. Insya Allah akan dijelaskan lebih lanjut pada tulisan berikutnya tentang masing-masing nutrisi.
“….makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS Al A’raaf:31)
Olahraga Teratur
Olahraga berarti mengolah raga/jasad kita agar memperoleh hak untuk sehat. Seperti awal tulisan ini, sebagaimana kita semua ketahui, Rasulullah SAW mengemukakan agar umat muslim menguasai ilmu berkuda, berenang, dan memanah. Hemat kata, ketiga hal tersebut mengacu pada aktifitas jasmani atau jasadiyah.
Olahraga yang baik dan teratur diperlukan agar tubuh dapat mencapai kategori sehat. Tidak perlu berolahraga berlebihan, namun juga tidak boleh kurang. Olahraga yang baik, setidaknya adalah yang mampu membuat tubuh semakin kuat, sehat, dan berstamina.
Olahraga sangat baik, terutama bagi mereka yang merasa memiliki kekurangan atau kelebihan berat badan, karena akan berpengaruh pada pengaturan pola makan. Bagi mereka yang kurus, produksi hormon insulin dari hasil olahraga, akan memacu tubuh menyerap nutrisi dengan baik, sehingga mampu menambah berat badan dan massa otot. Bagi mereka yang kelebihan berat badan, olahraga mampu membakar lemak dan menambah massa otot.
Secara garis besar, olahraga terdiri dari dua jenis, yaitu anaerobik, dan aerobik. Aerobik berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘aero’ yang berarti udara dan ‘bios’ yang berarti hidup. Secara harfiah, aerobik berarti hidup dengan udara (oksigen). Aktifitas aerobik dapat diartikan sebagai aktifitas dimana tubuh memerlukan banyak oksigen untuk pembentukan energi tubuh (hidup), sedang aktifitas anaerobik kurang atau membutuhkan sedikit oksigen. Contoh olahraga anaerobik adalah angkat beban, dan contoh olahraga aerobik adalah jogging. Olahraga anaerobik cenderung membakar karbohidrat sebagai energi, sedang olahraga aerobik membakar lemak sebagai energi.
Dari paraqraf di atas, jogging setelah bangun tidur sangat baik untuk membakar kelebihan lemak tubuh. Lakukanlah jogging dalam keadaan belum memperoleh asupan nutrisi apapun, kecuali air, sehingga tubuh akan membakar lemak sebagai energi. Bagi orang yang kegemukan, lakukan jogging dengan intensitas sedang (tidak terlalu cepat). Pengaturan waktu bisa 3 kali sepekan, dengan masing-masing 30-45 menit, atau 5-6 kali sepekan @10-15 menit. Bagi mereka yang kurus, lakukan dengan intensitas lebih, dalam tempo yang lebih sebentar, misal 3 kali sepekan @10-15 menit. Ingat! Jangan mengkonsumsi makanan berlebih setelah jogging. Gunakan pola makan di atas.
Jogging adalah satu contoh, masih banyak olahraga lain seperti bersepeda, permainan (sepakbola, basket, dsb), beladiri sebagai olahraga anaerobik. Untuk lebih meningkatkan kekuatan tubuh dan stamina, dapat dipadu dengan latihan beban. Latihan beban dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu atau tubuh. Alat bantu dapat berupa dumbell, barbell, atau mesin lainnya. Push-up, sit-up, squat/bending, pull-up, dsb merupakan latihan beban yang dapat dilakukan dengan tubuh. Tingkatkan intensitas latihan dengan menambah beban secara berkala, misalnya dengan meletakkan beban di punggung saat push-up, memeluk beban di dada saat sit-up, dsb. Bila memungkinkan dan mampu, dapat menggunakan peralatan beban yang umum, seperti dumbell, barbell, mesin benchpress, threadmill, stepper, dan sebagainya.
Istirahat Cukup
Istirahat yang cukup diperlukan agar tubuh dapat kembali ke kondisi normal setelah digunakan untuk beraktifitas. Istirahat terbaik adalah tidur. Tidur 4-6 jam sehari sudah lebih dari cukup. Tidur terlalu lama, akan cenderung mengganggu kesehatan. Sebagaimana dijelaskan di atas, saat tidur pun tubuh butuh nutrisi. Bila tidur terlalu lama, tubuh akan mengalami katabolik. Akibatnya, akan semakin merasa malas, tidak bertenaga, dan memboroskan waktu. Berikut beberapa tips tidur :
- Tidur dalam cahaya seredup/segelap mungkin
- Tidak tidur dalam kondisi perut kenyang, beri waktu 2 jam.
- Tidur dengan tingkat suara sehening mungkin
- Lakukan peregangan ringan sebelum tidur
- Berdoalah.
Beberapa uraian di atas, menjadi awal bagi pola hidup sehat. Diperlukan disiplin untuk dapat mencapai kondisi tubuh yang baik, peningkatan kekuatan, stamina, dan kebugaran pada umumnya. [andika]
sumber : http://www.hudzaifah.org/Article445.phtml